Sejarah

Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi Wiyata Indonesia

Master Cheng Yen adalah seorang biksuni yang berprinsip untuk mengembangkan welas asih, belas kasih, sukacita, dan sikap memberi tanpa pamrih. Dengan tekad untuk membebaskan semua makhluk dari lautan penderitaan, maka pada tahun 1966 beliau mulai menjalankan misi mulia, mendirikan sebuah badan amal untuk menolong sesama manusia. Dengan berprinsip pada ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran, Master Cheng Yen mulai mengumpulkan dana amal. Semua hasil sumbangan donatur waktu itu, sepenuhnya digunakan untuk kegiatan amal kemanusiaan. Ajaran Buddha ibarat petunjuk jalan bagi sekumpulan insan Tzu Chi ini. Dengan sepenuh hati mereka merealisasikan Dharma dan mempraktikkannya dalam tindakan nyata. Dari waktu ke waktu, badan amal kemanusiaan ini semakin dikenal dan jumlah anggotanya bertambah banyak. Mulai dari kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas, para professional, hingga masyarakat umum, mengenal dan antusias membantu kegiatan Tzu Chi.

Master Cheng Yen menyadari bahwa orang yang mampu secara ekonomi memerlukan ladang berkah untuk beramal, sementara kaum papa memerlukan bantuan dalam hal ekonomi. Keduanya saling membutuhkan. Dengan menyadari prinsip “Dengan welas asih dapat menyelamatkan dunia” maka beliau mewujudkannya dalam tindakan nyata, menggalang insan berhati mulia, dan mendirikan sebuah wadah untuk pelatihan batin bersama.

Dalam menjalankan misi amalnya, insan Tzu Chi tidak pernah membedakan antara satu dan lainnya. Selangkah demi selangkah, kini 44 tahun telah berlalu. Bermula dari misi amal kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, budaya kemanusiaan, bantuan bencana internasional, donor sumsum tulang, kegiatan pelestarian lingkungan, hingga relawan komunitas. Ibarat satu langkah dengan delapan jejak, cinta kasih telah berkembang melintasi samudera, menjadi dunia Tzu Chi.

Tujuan Penyelenggaraan Sekolah

Seorang insan yang berbudaya humanis, terbentuk dari sebuah lingkungan yang penuh rasa syukur, saling menghormati, dan menyayangi satu sama lain. Akhlak yang mulia akan mewariskan generasi muda yang berlapang dada dan peduli pada orang lain. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi akan menjadi tempat pembelajaran bagi instansi pendidikan lainnya, serta meningkatkan kualitas pengajaran dan meningkatkan kemampuan dasar belajar siswa, kemampuan untuk bersaing dan memimpin. Sekolah Cinta Kasih memberikan pendidikan yang holistik, menyediakan sarana dan prasarana untuk mencetak lulusan yang berbudi pekerti luhur, bijaksana, sehat jasmani, dan,memiliki kehidupan sosial yang baik dan berbudaya humanis.

Keunggulan

  1. Misi Tzu Chi diterapkan sebagai penunjang dalam pengembangan administrasi sekolah. Dalam pengembangan sekolah, keempat misi Tzu Chi yang meliputi: misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya kemanusiaan dapat memberikan dukungan berupa sumber daya manusia dan material.
  2. Penerapan nilai-nilai sopan santun dalam kehidupan sehari-hari, dan mendidik anak-anak memiliki sifat dan budi pekerti yang baik. “Mengendalikan diri dan kembali ke tata krama yang luhur”, adalah kegiatan yang selalu diimbau oleh Tzu Chi agar setiap orang selalu dapat hidup rajin dan hemat, serta bersikap sopan kepada orang lain. Tujuan utama pendirian Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi adalah untuk mendidik anak-anak yang disiplin, menjaga kebersihan dan bersopan santun. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dilengkapi dengan kelas bimbingan tata krama yang mendidik anak anak agar menerapkan tata krama dalam kehidupan sehari-hari di dalam cara makan, berpakaian, duduk, dan berjalan agar anak-anak memiliki budi pekerti yang baik.
  3. Kelas budaya humanis menjadi ciri khas, menanamkan sikap bersyukur dan menghormati. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi akan mengadakan mata pelajaran budaya humanis Tzu Chi. Dalam kelas ini akan diajarkan budaya penyajian teh, merangkai bunga, kaligrafi, tata krama, dan pembelajaran kata perenungan Master Cheng Yen. Semua diadakan dengan metode tematik untuk mendidik anak-anak menghormati semua makhluk hidup dan benda di alam semesta, serta tahu bersyukur kepada setiap orang di dalam masyarakat.
  4. Menerapkan pembelajaran kata perenungan dan menekankan pada cara berpikir dan penerapan yang tepat. Materi pelajaran dalam pembelajaran kata perenungan diberikan dalam 5 tahap pengajaran, yaitu: mengalami sendiri, mengisahkan, berpikir, merenung, dan praktik langsung. Metode ini diterapkan oleh wali kelas dan guru mata pelajaran secara periodik atau dipadukan ke dalam pelajaran yang lain. Dengan mengalami sendiri maka anak-anak dapat berintrospeksi dan menerapkan langsung makna kata perenungan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Menghormati guru dan orang yang lebih tua, serta meningkatkan akhlak dan tata krama. Sikap menghormati guru dan orang yang lebih tua adalah tradisi turun temurun yang sangat baik dalam penerapan tata krama dan budi pekerti yang paling diutamakan di Tzu Chi. Sekolah Cinta Kasih  memanfaatkan kegiatan bersyukur untuk membalas budi yang diselenggarakan secara rutin, seperti pada hari guru, hari ibu dan sebagainya, mendidik anak membalas budi dengan tindakan nyata dengan hati penuh syukur.
  6. Melakukan pemilahan sampah untuk digunakan kembali; hendaknya dapat menyadari, menghargai, dan menciptakan berkah. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sangat mementingkan pengurangan jumlah sampah, pemilahan sampah dan daur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan kembali, dan selalu mengimbau terjaganya kelestarian lingkungan. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengajak murid-murid untuk praktik dan mengalami langsung kecintaan pada lingkungan di depo pelestarian lingkungan, belajar menghargai barang. Selain menyadari dan menghargai berkah, anak-anak juga harus bisa menciptakan berkah.
  7. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Menggunakan pengajaran bahasa Mandarin dan bahasa Inggris sejak kecil, pembagian kelompok sesuai tingkatan efektivitas pembelajaran sebagai alat komunikasi yang paling penting, dan sistem pengajaran dengan bahasa Mandarin dan bahasa Inggris.
  8. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang didukung dengan berbagai sarana dan prasarana yang berstandar internasional, pendidikan budaya kemanusiaan, serta didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan penuh kasih, akan membentuk generasi muda yang memiliki kompetensi keilmuan yang baik, akhlak yang mulia, berbudi pekerti luhur, percaya diri, berbakti pada orang tua, serta mampu berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara.