Penerapan “Fun Learning to Deep Learning” di Kelas 1 SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng

Pendidikan di tingkat sekolah dasar merupakan fondasi penting dalam membangun keterampilan dan karakter anak. Siswa kelas 1 SD, yang sebelumnya berada di tahap pendidikan anak usia dini, memiliki karakteristik perkembangan yang khas. Menurut Jean Piaget, anak-anak pada usia 6–7 tahun berada dalam tahap transisi dari pra-operasional menuju operasional konkret. Dalam tahap ini, mereka cenderung berpikir secara konkret dan lebih mudah memahami konsep melalui pengalaman langsung. Hal ini menjadikan peralihan dari TK ke SD sebagai masa adaptasi yang krusial, baik dari segi cara berpikir, berperilaku, maupun berinteraksi.

SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan akademis siswa, tetapi juga menanamkan pendidikan karakter melalui budaya humanis Tzu Chi. Budaya ini bertujuan menanamkan nilai kebajikan dan kasih sayang, tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada semua makhluk. Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, mengajarkan pentingnya menghargai kehidupan, berbuat kebajikan, dan membangun perilaku berbudi pekerti luhur yang berpegang teguh pada nilai kebenaran. Nilai-nilai ini diintegrasikan dalam pendidikan di SD Cinta Kasih Tzu Chi, menjadikannya unik dan berkarakter.

Menggabungkan teori perkembangan anak dan prinsip budaya humanis Tzu Chi, guru-guru SD Cinta Kasih Tzu Chi merancang inovasi pembelajaran yang menyenangkan (fun learning) sekaligus bermakna (deep learning). Fun learning menciptakan suasana belajar yang penuh kegembiraan sehingga siswa lebih antusias. Sementara itu, deep learning menekankan pemahaman mendalam dan aplikatif dari konsep yang dipelajari, menjadikannya relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh implementasi fun learning adalah pada pembelajaran matematika. Siswa kelas 1 belajar mengurutkan angka melalui permainan kartu angka. Setelah mendapat penjelasan dari guru, siswa mempraktikkan langsung bagaimana mengurutkan angka menggunakan kartu yang telah disiapkan. Metode ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menyenangkan, tetapi juga memperkuat pemahaman konsep melalui pengalaman konkret. Selain itu, aktivitas ini melatih komunikasi, kepercayaan diri, dan sikap saling menghargai antarteman.

Pembelajaran budaya lokal juga menjadi bagian dari fun learning. Dalam mata pelajaran PLBJ (Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta), siswa diajarkan permainan tradisional seperti Hompimpa untuk menentukan urutan pemain dan Tepuk Nyamuk. Melalui permainan ini, mereka belajar nilai budaya sekaligus membangun keterampilan sosial. Pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, siswa diajak mempraktikkan seni anyaman menggunakan kertas origami sambil menyanyikan lagu-lagu daerah yang dimainkan di kelas. Aktivitas ini menggabungkan kreativitas, keceriaan, dan pengenalan seni tradisional.

Integrasi fun learning dalam pembelajaran didasari oleh kebutuhan perkembangan kognitif dan psikologis siswa kelas 1 yang masih berada dalam masa transisi. Suasana belajar yang menyenangkan mendorong motivasi siswa sekaligus membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Hubungan positif dengan teman sebaya dan guru juga dibangun melalui pendekatan ini. Dari fun learning, pembelajaran diarahkan menuju deep learning agar siswa mendapatkan pemahaman yang holistik dan mendalam.

Selain aspek akademis, nilai-nilai budaya humanis Tzu Chi senantiasa diajarkan dalam aktivitas sehari-hari. Siswa belajar bersikap sopan, menghargai teman, dan mengasihi sesama. Pendidikan nilai-nilai ini menjadi penyeimbang antara kemampuan akademis dan perilaku dalam interaksi sosial. Master Cheng Yen pernah mengatakan bahwa hakikat pendidikan terletak pada pewarisan cinta kasih dan rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga menanamkan cinta kasih dan rasa syukur sejak dini.

Dengan pendekatan ini, SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng membangun suasana belajar yang menyenangkan dan mendalam, mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berbudi pekerti luhur dan berjiwa kasih sayang. Gan en.

Penulis : Widiastuti