Cara Mendidik Agar Anak Mandiri dan Berani

Setiap orangtua menginginkan agar anaknya tumbuh sehat, pintar, dan mandiri. Akan tetapi, orangtua kadang belum tahu bagaimana caranya agar anak kita bisa mandiri dan berani. Memang bukan hal mudah bagi orangtua untuk mendidik anak-anaknya. Banyak yang merasa sudah mendidik anaknya dengan benar, tetapi kenyataannya hasilnya belum sesuai harapan. Banyak anak yang kurang mandiri, bahkan sampai dewasa pun masih sangat bergantung pada orangtuanya.

Dari buku Penguatan Karakter melalui Local Wisdom sebagai Budaya Kewarganegaraan (2019) oleh Novita Majid, dijelaskan bahwa mandiri adalah sikap untuk tidak bergantung pada orang lain, memiliki mental yang kuat, serta mampu bertindak benar, bebas, dan bermanfaat serta mengatur diri sendiri sesuai hak dan kewajibannya.

Maka dari itu, orangtua wajib mengetahui bagaimana cara agar anak-anaknya bisa mandiri sejak kecil hingga dewasa.

Lalu, bagaimana cara mendidik anak agar mandiri dan berani? Berikut ulasannya.

  1. Jangan Selalu Menggendong Anak Saat Menangis

Saat anak masih bayi dan menangis, jangan langsung menggendong atau mendiamkannya begitu saja. Pertama-tama, cari tahu dulu akar permasalahannya. Bisa saja bayi menangis karena popoknya basah, lapar, atau kedinginan. Setelah mengetahui penyebabnya, bantu anak agar bisa tenang kembali. Jika orangtua selalu langsung menggendong bayi setiap kali menangis, maka anak akan termemori bahwa dengan menangis, masalah akan terselesaikan.

  1. Libatkan Anak dalam Pekerjaan Rumah Tangga

Sejak kecil, biasakan anak untuk membantu tugas di rumah. Tentunya, tugas tersebut harus disesuaikan dengan usia anak.

  • Saat masih balita, anak bisa diajak membereskan mainannya sendiri setelah selesai bermain. Misalnya, dengan mengatakan, “Nak, setelah selesai main, mainanmu taruh kembali ke wadahnya ya.”
  • Saat lebih besar, anak bisa diajarkan menyapu, mengepel, atau mencuci piring.
  1. Biarkan Anak Membuat Kesalahan

Setiap tugas atau pekerjaan yang dilakukan pasti mengandung risiko. Jadi, ketika anak membantu orangtua, baik dengan didampingi maupun tanpa didampingi, dan kemudian melakukan kesalahan, jangan langsung dimarahi. Sebaliknya, tegur dengan baik, beri tahu kesalahannya di mana, dan bagaimana solusinya. Dengan begitu, anak akan belajar dari kesalahannya dan berusaha memperbaiki diri. Sehingga, di lain waktu, ia akan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.

  1. Beri Anak Kesempatan untuk Mengungkapkan Pendapat

Setiap keluarga memiliki cara sendiri dalam mendidik anak-anaknya. Menurut penulis, dalam keluarga sebaiknya ditumbuhkan budaya demokrasi, di mana setiap anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan pendapat. Orangtua tidak perlu selalu memaksakan pendapatnya.

Misalnya, dalam rencana liburan keluarga:

  • Orangtua memberitahu bahwa liburan kenaikan kelas nanti akan diisi dengan perjalanan keluarga.
  • Anak-anak diajak berdiskusi dan diminta pendapatnya mengenai tujuan liburan.
  • Misalnya, Si A ingin ke Bali, Si B ingin ke Jogja, dan orangtua ingin ke Bandung. Setelah berdiskusi mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing tempat, barulah diputuskan tujuan liburan.

Dengan demikian, anak akan belajar mengungkapkan pendapatnya, tidak hanya di dalam keluarga tetapi juga di lingkungan masyarakat.

Oleh : Dwi Atmanti