Apakah Kamu Tahu Ada Puasa Dalam Agama Buddha?
Bulan Maret 2025 adalah bulan yang penuh dengan keistimewaan bagi para umat Islam dengan berpuasa penuh selama 1 bulan lamanya. Umat Muslim berpuasa menahan haus dan lapar demi kesempatan untuk berbuat kebaikan yang melimpah, meningkatkan keimanan, memperbaiki diri, serta bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Dalam agama Buddha, puasa disebut Atthasila atau Delapan Sila (8 Latihan Moral) yang wajib dilakukan oleh para bhikhu, namun tidak diwajibkan bagi umat awam. Atthasila dilakukan pada hari Uposatha, yaitu hari penanggalan 1, 8, 15, dan 23 setiap bulannya dalam kalender lunar, atau dapat juga dilaksanakan sebulan penuh menjelang Hari Raya Waisak.
Menurut artikel “Adakah Tradisi Puasa dalam Agama Buddha?” oleh Taat Handoko, S.Ag (12 Desember 2024), Atthasila memiliki tiga makna yang penting, yaitu:
- Mengendalikan diri dari nafsu-nafsu jiwa dan raga (mawas diri).
- Melatih hidup kesucian (melatih kemoralan dan mengurangi kemelekatan).
- Kesederhanaan (mengurangi keserakahan dan hal yang berlebihan).
Praktik puasa dalam agama Buddha tidaklah sama dengan puasa dalam agama Islam. Umat Buddha yang sedang berpuasa masih diperbolehkan untuk minum air putih, minum obat ketika sakit, dan makan siang sampai batas waktu tertentu. Makna yang lebih dalam adalah umat Buddha berusaha mengendalikan nafsu indria dan membersihkan pikiran untuk mencapai ketenangan batin.
Pelaksanaan Atthasila di hari Uposatha meliputi:
- Menghindari pembunuhan makhluk hidup.
- Menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
- Menghindari perbuatan asusila.
- Menghindari ucapan yang tidak benar.
- Menghindari konsumsi zat yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
- Menghindari makan setelah tengah hari (pukul 12.00) hingga subuh keesokan harinya.
- Menghindari hiburan dan penggunaan barang-barang mewah.
- Menghindari duduk atau berbaring di tempat tidur yang tinggi dan mewah.
Selain hari Uposatha, terdapat praktik vegetarian dalam agama Buddha, di mana seseorang hanya mengkonsumsi sayur-sayuran dan menghindari daging serta bawang-bawangan. Praktik ini tidak wajib dan biasanya dilakukan pada tanggal 1 (Ce It) dan 15 (Cap Go) berdasarkan kalender lunar.
Bagi para bhikhu, hari Uposatha memiliki peran penting, termasuk dalam pembacaan Pathimoka, yaitu aturan disiplin monastik yang harus diulang secara berkala dalam komunitas Sangha (Perkumpulan para bhikhu). Bagi umat awam, praktik Uposatha dilakukan secara sukarela; di hari ini mereka berusaha untuk fokus melatih meditasi, membaca kitab suci, atau berkunjung ke vihara. Secara historis, Uposatha telah menjadi tradisi yang telah dilakukan sejak zaman Buddha Gautama dan terus dilestarikan dalam tradisi Buddhis hingga hari ini.
Dengan menjalankan latihan ini, seseorang dapat lebih dekat dengan ajaran Buddha dan mengembangkan kebijaksanaan serta belas kasih dalam kehidupan sehari-hari. Menjelang perayaan Waisak yang jatuh pada tanggal 12 Mei 2025, mari kita mulai mencoba melakukan Atthasila dari sekarang, melatih diri agar kita semua mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan batin, sesuai dengan yang disampaikan guru kita, Master Cheng Yen: “Dalam melakukan pelatihan diri, kita harus terlebih dahulu memperoleh keyakinan diri. Baru bisa mencari kemajuan dalam langkah mantap.”
Penulis: Farida H., S.Pd.