Podcast “The Hunger Game: Survival Magang Gen Z” bersama Bank Sinarmas
Magang merupakan langkah awal bagi siswa-siswi SMK Cinta Kasih Tzu Chi untuk memasuki dunia kerja. Melalui program magang, para siswa memiliki pengalaman pertama merasakan tantangan dan dinamika dunia kerja yang terus mengalami perubahan dan perkembangan. Mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai pekerjaan yang diberikan, meskipun tugas tersebut belum tentu sesuai dengan apa yang mereka pelajari di sekolah. Melalui magang, siswa tidak hanya memperoleh pengalaman bekerja, tetapi juga belajar bagaimana bertahan dan beradaptasi dengan berbagai tantangan di tempat kerja, terutama bagi generasi Z yang tumbuh dengan berbagai kemudahan dan kepraktisan di era digital.
Pada hari Rabu, 26 Februari 2025, PT. Bank Sinarmas Tbk mengadakan kegiatan podcast Ngapdate bersama SMK Cinta Kasih Tzu Chi dengan tema “The Hunger Games: Survival Magang Gen Z” di Aula Gedung B Lantai 2 yang dihadiri oleh siswa kelas X. Ngapdate dibuka oleh Ling Natanael sebagai host. Narasumber dalam acara ini adalah Bapak Michael selaku Human Capital Talent Development Division Head di PT. Bank Sinarmas Tbk, Ibu Mindawati selaku Kepala Jurusan MPLB (Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis) SMK Cinta Kasih Tzu Chi, serta Ruth dan Safa, siswa kelas XI SMK Cinta Kasih Tzu Chi yang sedang menjalani program magang di PT. Bank Sinarmas Tbk di Gedung Roxy Square.
Host Natanael memaparkan bahwa di tempat magang, khususnya bagi Gen Z yang umumnya lebih akrab dengan teknologi dan komunikasi digital, diperlukan persiapan matang. Natanael membahas bagaimana peran sekolah dalam menyiapkan peserta didik untuk menghadapi dunia industri yang berubah dengan cepat, serta apa yang diharapkan dunia industri dari peserta magang maupun calon karyawan.
Mengapa magang sangat penting? Bapak Michael menjelaskan bahwa banyak tenaga kerja muda yang tidak mampu bertahan lama di dunia kerja karena berbagai alasan, seperti tekanan kerja yang tinggi, sikap pasif, serta ketergantungan terhadap gadget yang memengaruhi kinerja mereka. Sebagai bentuk kepedulian terhadap bidang pendidikan, Bank Sinarmas membuka program internship dan memberikan kesempatan kepada siswa SMK Cinta Kasih Tzu Chi untuk berpartisipasi. Melalui program ini, diharapkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan kerja di bidang jasa perbankan.
Salah satu tantangan utama dalam mendampingi anak magang dari Generasi Z adalah adanya perbedaan cara berpikir. Karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan diri, baik dalam aspek budaya kerja, metode pembelajaran, pola pikir, maupun cara berkomunikasi yang sesuai.
Dari perspektif sekolah, Ibu Mindawati menyampaikan bahwa magang adalah langkah awal bagi siswa untuk mengenal dunia kerja yang sesungguhnya. Selama tiga bulan, siswa akan diperlakukan layaknya karyawan, dengan jam kerja dan tugas yang sama. Dalam hal persiapan magang, Ibu Mindawati menjelaskan bahwa sekolah telah membekali para siswa dengan berbagai keterampilan, baik soft skill maupun hard skill, yang dibutuhkan di dunia kerja. Selain itu, beliau juga menguraikan bahwa pembentukan mental kerja sudah mulai diterapkan di lingkungan sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi pengalaman magang.
Oleh karena itu, sejak kelas 10, SMK Cinta Kasih Tzu Chi sudah membekali siswa dengan keterampilan dasar sesuai jurusan yang mereka pilih, yaitu Pengembangan Perangkat Lunak dan Game, Akuntansi, dan Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis. Para guru juga menanamkan nilai-nilai penting kepada siswa, seperti kejujuran, inisiatif, tanggung jawab, keaktifan, loyalitas, dan kemampuan untuk cepat tanggap di tempat kerja.
Host kemudian bertanya kepada Ruth dan Safa mengenai ketertarikan mereka untuk magang di dunia perbankan serta ekspektasi mereka terhadap dunia kerja. Ruth dan Safa mengatakan ketertarikan mereka untuk magang di dunia perbankan berawal dari keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru. Selama ini, mereka hanya diajarkan tentang tata cara mengarsipkan dokumen, penggunaan berbagai jenis perangkat lunak Microsoft, materi tentang sumber daya manusia, dan bidang administrasi lainnya. Mereka ingin mengetahui dan mencoba secara langsung, apakah di industri keuangan pekerjaan yang dilakukan serupa, karena selama ini mereka mengira bahwa pekerjaan di bank hanya berkaitan dengan uang.
Mengenai ekspektasi terhadap dunia kerja, mereka membayangkan bahwa orang-orang di kantor akan sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ketika sudah berada di depan layar laptop, orang-orang seakan-akan tidak mendengarkan percakapan di sekitar mereka karena semua fokus pada tugas masing-masing.
Mereka juga mengungkapkan kekhawatiran terbesar saat awal magang, antara lain takut tidak disambut dengan baik oleh karyawan di kantor, khawatir pekerjaan yang diberikan tidak dapat diselesaikan dengan benar, takut untuk bertanya, serta rasa takut karena mereka langsung terjun ke lapangan, tidak hanya berpegang pada teori semata. Mereka merasa seperti benar-benar harus menghadapi situasi dunia kerja yang sesungguhnya. Namun, adaptasi di tempat magang menjadi lebih mudah karena karyawan di Bank Sinarmas sangat ramah, terbuka, dan bersedia memberikan bantuan serta arahan saat mereka mengalami kesulitan.
Setelahnya, Bapak Michael menekankan pentingnya sikap proaktif bagi siswa magang. Siswa diharapkan menunjukkan inisiatif dalam menyelesaikan berbagai tugas, menawarkan bantuan setelah tugas utama selesai, bahkan menyelesaikan tugas tambahan tanpa harus diminta. Dengan sikap seperti ini, siswa akan lebih menonjol di mata mentor dan atasan, serta menunjukkan kesiapan mereka untuk belajar, bekerja, dan beradaptasi di lingkungan profesional.
Setelah sesi berbagi pengalaman berakhir, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Para siswa kelas X tampak sangat bersemangat untuk mengajukan pertanyaan sekaligus mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait pengalaman magang yang akan datang. Kemudian, para siswa bersama narasumber melakukan sesi foto bersama. Menjelang penutupan, Ibu Mindawati menyampaikan pesan motivasi kepada para siswa, bahwa mereka tidak perlu merasa takut saat menjalani magang dan harus siap menerima berbagai tugas dan tanggung jawab, meskipun terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan bidang keahlian jurusan mereka. Podcast ini pun secara resmi ditutup oleh Ling Natanael selaku host. Dengan demikian, berakhirlah seluruh rangkaian kegiatan Podcast “The Hunger Games: Survival Magang Gen Z.”
Penulis: Mindawati Surbakti