Menghias Layang-Layang, Menghias Harapanku

Layang-layang adalah salah satu mainan tradisional yang banyak disukai masyarakat. Dengan jenis dan motifnya yang beragam, permainan ini menjadi sangat menyenangkan. Permainan ini tidak hanya disukai oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Bukan hanya sekadar alat bermain saja, ternyata dalam layang-layang terdapat unsur seni rupa dan juga sains. Unsur seni rupa yang dimaksud adalah mengenal bentuk, garis, dan warna. Sedangkan unsur sainsnya adalah cara kerja layang-layang yang membutuhkan tenaga atau pergerakan angin (aerodinamika). Cara kerja seperti ini hampir sama dengan pesawat terbang.

Sesuai dengan tujuan pembelajaran Seni Rupa di kelas 4 semester 2 Tahun Ajaran 2024/2025, yaitu membuat mainan tradisional pada materi “Merancang dan Menghias Layang-Layang”, maka seluruh siswa kelas 4 melaksanakan pengambilan nilai praktik Sumatif Akhir Semester dengan menghias layang-layang. Layang-layang yang akan dihias adalah layang-layang dua dimensi yang memiliki dua sisi. Layang-layang ini berbentuk oval atau belah ketupat dan termasuk jenis layang-layang tradisional. Jenis tradisional ini umumnya hanya membutuhkan bambu atau kayu untuk rangkanya, kemudian kain atau kertas tipis untuk layarnya, serta tali untuk mengontrol terbangnya.

Tujuan utama dari pembelajaran ini adalah agar siswa mampu memahami desain layang-layang serta mampu melukis atau menghias layang-layang. Kegiatan ini dilaksanakan dari kelas 4A sampai dengan 4E. Pada saat pelaksanaannya, siswa membawa perlengkapan menghias, yaitu cat air, cat minyak, atau akrilik; kuas kecil; piring cat; wadah air kecil; dan lap tangan. Dengan waktu selama 90 menit, siswa harus menyelesaikan karyanya masing-masing. Mereka diberikan kebebasan untuk menggambar objek yang mereka sukai, termasuk keinginan atau harapan-harapan mereka.

Selama proses kegiatan berlangsung, seluruh siswa tampak asyik dengan karyanya. Ada yang wajahnya serius, ada yang senyum-senyum, bahkan ada yang sampai tertawa sendiri. Mereka menuangkan kreativitas dan daya imajinasi yang dimilikinya. Dengan semangat dan bersungguh hati, seluruh siswa berusaha menghasilkan karya terbaik mereka. Goresan kuas aneka warna menari-nari di atas layang-layang, menghasilkan gambar-gambar indah dan menarik—bahkan ada karya yang menimbulkan tawa karena lucu.

Ketika waktu praktik telah habis, seluruh siswa menunjukkan hasil karyanya untuk diberikan penilaian oleh guru. Penilaian ini meliputi objek gambar, dekorasi atau motif, gradasi warna, kebersihan, dan kerapian. Dalam proses penilaian tersebut, setiap siswa harus menjelaskan hasil karyanya masing-masing, termasuk penjelasan tentang pemilihan objek dan warna. Satu per satu siswa maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil karyanya. Sesi ini selalu diiringi gelak tawa dari siswa lainnya ketika mendengarkan penjelasan dari teman yang maju ke depan kelas. Tawa tersebut bukanlah bentuk ejekan, melainkan ungkapan emosional karena melihat karya yang lucu. Tepuk tangan pun sering terdengar sebagai bentuk apresiasi terhadap karya-karya indah yang dibuat oleh teman-teman mereka.

Karya yang sudah dinilai akan dibawa pulang, dan siswa akan berfoto bersama orang tua masing-masing. Orang tua merasa senang dengan hasil karya anaknya dan sangat mendukung kegiatan pembelajaran praktik seperti ini di masa depan. Selain itu, mereka juga merasa terharu ketika mengetahui keinginan dan harapan anak-anak mereka yang diwujudkan melalui gambar di atas layang-layang.

Penulis; Sari Sulyani