Membangun Guru Pembelajar: Pengalaman Guru TK Cinta Kasih Tzu Chi dalam Pelatihan Pembelajaran Mendalam di Jakarta Barat

Untuk mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna dan berpusat pada murid, para guru harus terus mengembangkan diri dan membuka diri terhadap pendekatan-pendekatan baru dalam dunia pendidikan. Salah satu langkah nyata dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dilakukan melalui Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi Guru di Jakarta Barat, yang dilaksanakan pada 7–12 Juli 2025 di SMKN 35 Jakarta. Pelatihan yang berlangsung selama 6 hari penuh, mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, ini diikuti oleh guru-guru dari berbagai jenjang dan satuan pendidikan, termasuk para guru dari TK Cinta Kasih Tzu Chi. Kehadiran guru TK dalam pelatihan ini menunjukkan komitmen yang tinggi untuk terus belajar dan bertransformasi demi memberikan pengalaman belajar terbaik untuk anak-anak usia dini.

Hari Pertama: Memahami Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)

Hari pertama pelatihan dimulai dengan pemahaman mendalam tentang pola pikir bertumbuh (growth mindset). Materi ini menjadi fondasi awal bagi guru dalam membangun kesadaran bahwa kemampuan seseorang dapat berkembang melalui usaha, ketekunan, dan pembelajaran dari kesalahan. Guru TK Cinta Kasih Tzu Chi belajar bahwa dengan memiliki pola pikir bertumbuh, mereka dapat mendorong anak-anak untuk percaya pada potensi diri dan tidak takut mencoba hal-hal baru. Ketika anak-anak gagal, mereka tidak langsung menyerah, tapi melihatnya sebagai bagian dari proses belajar. Melalui diskusi dan simulasi, para guru juga merefleksikan pola pikir mereka sendiri—apakah selama ini mereka sudah menjadi fasilitator yang mendorong tumbuhnya semangat belajar anak atau justru tidak sadar masih menanamkan pola pikir tetap (fixed mindset).

    

Hari Kedua: Konsep dan Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam

Memasuki hari kedua, peserta diajak untuk memahami apa itu pembelajaran mendalam (deep learning). Materi yang disampaikan menyadarkan para guru bahwa pembelajaran tidak cukup hanya menyampaikan materi, tetapi harus mengajak murid untuk memahami makna, menghubungkan dengan kehidupan nyata, dan membangun keterampilan abad ke-21. Para guru diperkenalkan dengan kerangka kerja pembelajaran mendalam yang mencakup elemen penting seperti kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, kreativitas, karakter, dan kewarganegaraan global. Guru-guru TK, termasuk dari TK Cinta Kasih Tzu Chi, berdiskusi tentang bagaimana konsep ini bisa diterapkan di kelas anak usia dini, misalnya melalui proyek kecil, bermain peran, dan eksplorasi yang memicu rasa ingin tahu.

Hari Ketiga: Prinsip dan Pengalaman Belajar Bermakna

Hari ketiga pelatihan memperdalam pemahaman tentang prinsip-prinsip pembelajaran mendalam dan bagaimana menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Para peserta mengeksplorasi berbagai pendekatan seperti olah rasa, olah hati, olah pikir, dan olah raga dalam proses pembelajaran. Guru-guru TK Cinta Kasih Tzu Chi mendapatkan wawasan tentang pentingnya mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman sehari-hari anak, memperhatikan emosi, serta menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan. Melalui simulasi kegiatan, mereka merancang pengalaman belajar yang mampu mengajak anak memahami makna, menerapkannya, dan merefleksikan kembali pengalaman tersebut.

Hari Keempat: Asesmen yang Mendorong Pembelajaran

Hari keempat pelatihan berfokus pada asesmen dalam pembelajaran mendalam. Guru diajak untuk melihat asesmen bukan sebagai alat menghakimi kemampuan anak, tetapi sebagai cara untuk memahami proses belajar mereka. Guru TK Cinta Kasih Tzu Chi belajar membuat instrumen asesmen yang relevan dengan karakteristik anak usia dini, seperti observasi, portofolio, dan dokumentasi proses belajar. Para peserta juga berlatih memberikan umpan balik yang membangun dan mendorong anak untuk berkembang, bukan sekadar menilai hasil akhirnya.

Hari Kelima: Merancang Pembelajaran Mendalam

Hari kelima merupakan momen penting di mana para peserta merancang rencana pembelajaran mendalam berdasarkan modul-modul sebelumnya. Guru diajak merancang kegiatan yang melibatkan anak sebagai pelaku utama dalam pembelajaran, bukan sekadar penerima informasi. Guru-guru TK Cinta Kasih Tzu Chi berdiskusi dan saling berbagi rancangan kegiatan yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga sarat makna, melibatkan eksplorasi, interaksi, serta refleksi. Salah satu contoh rencana pembelajaran yang dirancang adalah proyek mengenal lingkungan sekitar melalui kegiatan jalan-jalan kecil di sekolah, mengamati, menggambar, dan menceritakan kembali hasil pengamatannya.

Hari Keenam: Implementasi, Refleksi, dan Inkuiri Kolaboratif

Hari terakhir pelatihan diisi dengan simulasi implementasi pembelajaran, serta sesi refleksi bersama. Guru-guru saling memberi masukan terhadap rencana pembelajaran yang telah dibuat. Tak hanya itu, peserta juga diperkenalkan dengan konsep inkuiri kolaboratif, yaitu praktik refleksi bersama antarguru sebagai bentuk pengembangan profesional berkelanjutan. Guru-guru TK Cinta Kasih Tzu Chi menyadari bahwa pembelajaran mendalam tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus melibatkan kolaborasi, berbagi praktik baik, dan saling mendukung antarpendidik.

Kehadiran guru-guru TK Cinta Kasih Tzu Chi dalam pelatihan ini membawa semangat baru. Mereka merasa lebih percaya diri untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna dan berdampak bagi anak-anak. Beberapa guru menyampaikan bahwa pelatihan ini membuka wawasan mereka untuk lebih mendengarkan suara anak, memberi ruang eksplorasi, dan tidak terpaku pada hasil semata. Mereka juga merasa termotivasi untuk mengajak rekan guru lainnya berkolaborasi, berbagi praktik baik, dan terus belajar bersama agar transformasi pembelajaran tidak berhenti hanya di ruang pelatihan. Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi guru di Jakarta Barat bukan hanya menjadi ajang transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi ruang tumbuh bersama para pendidik yang ingin terus belajar dan berkembang. Keterlibatan guru-guru TK Cinta Kasih Tzu Chi dalam pelatihan ini menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini pun sangat mungkin mengimplementasikan pembelajaran mendalam, asalkan dilakukan dengan kesungguhan dan kolaborasi. Semoga semangat pembelajar seumur hidup terus menyala dalam diri para guru demi menciptakan generasi masa depan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak, peduli, dan bermakna.

Penulis : Noviska Arfa