Makna Bulan Tujuh Penuh Berkah: Saatnya Menebar Cinta Kasih
Dalam ajaran Buddha, bagi masyarakat keturunan Tionghoa, bulan tujuh penanggalan Imlek memiliki makna yang sangat mendalam. Dalam tradisi mereka, bulan ini dikenal sebagai “bulan hantu,” sehingga diadakan serangkaian upacara sembahyang untuk menunjukkan rasa bakti kepada para leluhur dan orang tua yang telah tiada. Hal ini menjadi tradisi yang dilaksanakan oleh hampir semua masyarakat keturunan Tionghoa di berbagai belahan dunia. Sembahyang dengan berbagai menu makanan akan disajikan untuk menghormati dan sebagai wujud bakti terhadap para leluhur, di mana mereka juga akan membakar kertas sembahyang sebagai kepercayaan untuk dikirimkan kepada leluhurnya.
Tanggal 10 September 1974, bertepatan dengan bulan tujuh Imlek, untuk pertama kalinya Master Cheng Yen berceramah bahwa dalam Buddhisme, bulan tujuh Imlek adalah bulan penuh berkah. Bulan tujuh bukanlah bulan penuh ketakutan, melainkan dimaknai sebagai bulan penuh berkah, bulan bakti, dan bulan penuh sukacita. Beliau berpesan untuk tidak membakar kertas sembahyang, menyarankan untuk memperbanyak menolong orang yang membutuhkan, dan melakukan pelestarian lingkungan dengan bervegetarian. Hal ini adalah bentuk nyata menumbuhkan cinta kasih kepada sesama makhluk hidup dan lingkungan.
Salah satu cara untuk memaknai bulan penuh berkah adalah dengan bervegetarian. Pola makan nabati tidak hanya menumbuhkan hati welas asih terhadap makhluk hidup, tetapi juga membantu melindungi bumi. Setiap piring makanan vegetarian berarti menyelamatkan kehidupan hewan sekaligus mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Anak-anak yang dibiasakan dengan vegetarian sejak dini akan belajar hidup sederhana, menjaga kesehatan, serta menumbuhkan kepedulian terhadap alam.
Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, bulan tujuh penuh berkah diperingati dengan kegiatan makan bersama. Para relawan dengan penuh cinta kasih menyiapkan hidangan makanan vegetarian dan berbagi kepada semua siswa. Suasana penuh kehangatan ini tidak hanya membuat anak-anak merasa senang, tetapi juga menumbuhkan rasa syukur, kebersamaan, dan kekeluargaan. Anak-anak belajar menghargai usaha orang lain serta merasakan kebahagiaan saat berbagi.
Kegiatan ini menjadi sarana pendidikan karakter. Melalui pengalaman sederhana, siswa memahami bahwa cinta kasih harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Mereka belajar bahwa menolong orang lain dan melakukan tindakan nyata jauh lebih bermakna dari ritual yang tidak memberi manfaat secara langsung. Ini merupakan cara menanamkan nilai-nilai luhur agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang berhati lembut, penuh welas asih, dan peduli pada sesama.
Makna bulan tujuh penuh berkah diharapkan tidak berhenti hanya pada kegiatan sekolah, melainkan dapat dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari. Bervegetarian, menjaga lingkungan, dan berbagi kebaikan adalah langkah kecil tetapi penuh makna untuk menumbuhkan berkah. Seperti pesan Master Cheng Yen, berkah lahir dari tindakan nyata, bukan dari doa semata. Dengan menumbuhkan cinta kasih, menjaga bumi, dan membantu orang lain, kita semua dapat merasakan kebahagiaan sejati. Semoga semangat bulan tujuh penuh berkah terus hidup dalam hati setiap siswa, guru, dan keluarga, sehingga kebajikan ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Penulis: Teguh Ika Rohyani, S.Pd.