EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEMAN SEBAYA

Penulis: Lusia Harsiti

 

“Apakah kita pernah mendengar istilah konseling kelompok?”

“Konseling kelompok biasanya membahas tentang apa?”

“Apakah konseling kelompok itu efektif digunakan untuk mencari solusi bersama?”.

Pada awal pertemuan tahun ajaran baru ini, saya selaku guru BK Kelas 6 memperkenalkan layanan konseling kelompok untuk siswa/i saya kelas 6 SD Cinta Kasih Tzu Chi. Apa itu konseling kelompok? Konseling kelompok merupakan layanan bantuan atau bimbingan yang diberikan oleh seorang guru BK atau konselor kepada kelompok-kelompok kecil (biasanya anggotanya berjumlah 2–10 orang) untuk membahas suatu permasalahan yang sama secara bersama-sama.

Di Kelas 6A–6E, pada pertemuan pertama saya menjelaskan topik tentang konseling kelompok, tujuannya, manfaatnya, serta aturan yang harus diperhatikan dan dijalankan selama proses konseling kelompok berlangsung. Saya kemudian membagi siswa/i saya dalam kelompok-kelompok kecil, yaitu 5–7 orang dalam setiap kelompoknya. Setelah saya membagi kelompok, saya membagi dalam 3 masalah (masalah pelajaran, masalah pertemanan, dan masalah keluarga) dalam waktu 3 kali pertemuan. Artinya, dalam 1 pertemuan kami akan membahas tentang 1 permasalahan.

Proses konseling kelompok ini berjalan sebagai berikut:

  1. Siswa/i duduk berkelompok 5–7 orang, lalu mendengarkan arahan saya yang berperan sebagai fasilitator.
  2. Saya membagikan pedoman pertanyaan konseling kelompok kepada masing-masing kelompok.
  3. Tiap-tiap anggota dalam kelompok saling berdiskusi dan sharing tentang pengalaman atau permasalahan yang telah mereka alami.
  4. Mereka juga diminta untuk menggali permasalahan yang dialami serta mencari solusi bersama atas permasalahan yang dialami oleh masing-masing anggota dalam kelompok.

Proses konseling kelompok ini berjalan dengan tertib dan sungguh-sungguh. Pada tiap akhir sesi, mereka akan menjawab beberapa pertanyaan refleksi. Contohnya, pada masalah pertemanan: “Apa hal paling berkesan yang kamu pelajari dari konseling kelompok ini?”, “Apa langkah konkret yang akan kamu lakukan mulai minggu ini untuk memperbaiki pertemananmu?”, “Jika kamu bisa memberi nasihat ke diri kamu yang dulu, apa yang akan kamu katakan untuk dirimu?”, dan “Apa pesan yang ingin kamu sampaikan kepada temanmu (tanpa harus langsung ke orangnya)?”. Saya melihat siswa/i dapat mengikuti serangkaian proses konseling kelompok dengan tertib dan sungguh-sungguh.

Konseling kelompok dengan teman sebaya mampu menciptakan lingkungan yang supportif dan harmonis serta mendukung pertumbuhan pribadi. Konseling kelompok dengan teman sebaya sendiri memiliki banyak manfaat, di antaranya:

  1. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
  2. Membangun perasaan empati serta belajar memecahkan masalah.
  3. Efektif dalam meningkatkan ketahanan diri pada siswa yang mengalami trauma atau ketakutan tersendiri, dan membantu mereka pulih serta membangun kemampuan beradaptasi.
  4. Bisa menjadi wadah bagi siswa/i merasa leluasa dan nyaman untuk bercerita dan berbagi pengalaman.
  5. Siswa/i merasa bahwa mereka tidak sendirian karena ada teman-teman yang mengalami hambatan yang sama.

Dalam pengamatan saya, selama proses konseling kelompok berlangsung, siswa/i mampu mengikuti dengan sungguh-sungguh. Hasil rangkuman dari pertanyaan refleksi dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan teman sebaya sangat efektif dalam memberikan dukungan psikologis, mengembangkan keterampilan sosial, serta mendukung perkembangan individu secara positif.

 

Add a Comment

Your email address will not be published.