Kebersamaan Dalam Perbedaan

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi adalah sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sekolah ini diresmikan pada tanggal 25 Agustus 2003 oleh Ibu Megawati Soekarno Putri (Presiden RI pada saat itu). Pada awalnya, sekolah ini hanya diperuntukkan bagi siswa-siswi Rusun Cinta Kasih yang merupakan pindahan dari pinggiran Kali Angke. Seiring berjalannya waktu, yang berkeinginan mendaftar untuk bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bukan hanya warga Rusun, tetapi juga warga sekitar sekolah.

Sejak tahun 2006, Sekolah Cinta Kasih menerima peserta didik baru di luar warga Rusun Cinta Kasih. Banyak yang ingin mendaftar ke Sekolah Cinta Kasih karena berbagai alasan. Pertama, sekolahnya dekat dengan tempat tinggal mereka. Kedua, siswa-siswi diajarkan pelajaran budaya humanis dan budi pekerti, di mana tidak banyak sekolah yang mengajarkan pelajaran tersebut. Ketiga, anak-anak diajarkan pelajaran agama sesuai dengan agama yang dianut. Bahkan, guru agamanya pun berlatar belakang pendidikan agama. Seperti Bapak Ahmad Buchori, S.Ag, beliau adalah guru Agama Islam yang berlatar belakang pendidikan Agama Islam. Berikutnya, Bapak Dedi Permana Yehuwa, S.Th, yang mengajar Agama Kristen. Beliau juga berlatar belakang pendidikan Agama Kristen.

Memang benar sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, tetapi saat ini siswa-siswi dan para dewan guru menganut berbagai macam agama. Ada yang Buddha, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, bahkan ada yang Khonghucu. Sekolah ini merayakan berbagai macam perayaan agama yang dilakukan oleh penganutnya. Untuk yang beragama Islam, merayakan Maulid Nabi; untuk Kristen dan Katolik, merayakan Natal; dan untuk Buddha, merayakan Waisak.

Bagi umat Islam, Sekolah Cinta Kasih mempunyai dua mushola, yaitu di lantai 3 gedung A dan di lantai 2 gedung B. Pada saat jam istirahat siang, para guru dan siswa melakukan sholat dzuhur bersama-sama di mushola tersebut. Selain itu, bagi umat Islam, pada saat bulan Ramadhan ada kegiatan pesantren kilat dan juga buka puasa bersama. Setiap hari Jumat, di Sekolah Cinta Kasih ada kegiatan Jumat ibadah. Pada saat muslim pria melakukan ibadah sholat Jumat, maka muslim putri melakukan ibadah bersama ibu guru muslim. Ibadah muslim putri ini diisi dengan ceramah, kuis, menonton video tentang nabi, baca Al-Qur’an, dan diakhiri dengan sholat dzuhur berjamaah yang diimami oleh ibu guru.

Bagi umat Katolik, mereka melakukan ibadah bersama di aula lantai 4, dan agama Kristen di aula lantai 2. Ibadah umat Katolik diisi dengan kegiatan berdoa bersama, mendengarkan sabda Tuhan (bacaan pada Alkitab), mendengarkan sharing dari guru dan siswa, lalu ditutup dengan nyanyian rohani. Sedangkan ibadah agama Buddha dilakukan di aula gedung C. Ibadah agama Buddha diisi dengan puja bakti, latihan meditasi, dan sharing dharma.

Tak ketinggalan, mading kelas dihiasi dengan ornamen-ornamen yang sesuai dengan tema perayaan agama. Saat Natal, mading kelas diisi dengan tema Natal; saat Imlek, mading kelas diisi dengan gambar hasil karya siswa dengan tema Imlek. Bahkan saat Imlek, Sekolah Cinta Kasih merayakan Imlek di sekolah. Para siswa dan guru memakai baju nuansa Imlek, dan sekolah mendatangkan barongsai ke sekolah. Acara begitu meriah. Kegiatan Imlek diakhiri dengan pembagian angpao dari manajemen sekolah kepada para siswa dan juga kepada guru yang belum menikah. Begitu pula saat puasa dan lebaran, mading kelas diisi dengan tema puasa dan lebaran.

Betapa indahnya keberagaman di Sekolah Cinta Kasih. Mereka hidup dalam keberagaman agama dan suku, tetapi bisa melakukan ibadahnya sesuai dengan agama yang dianut.

Penulis: Dwi Atmanti