Melihat Dunia Melalui Mata Anak Didik
Konsep melihat dunia melalui mata anak didik pada umumnya mengacu pada pemahaman perspektif anak dengan cara melihat, merasakan, dan merespons lingkungan sekitar. Dengan kata lain, anak memiliki pikiran sederhana tetapi penuh dengan imajinasi. Pandangan dunia mereka didorong oleh rasa ingin tahu, kejujuran tulus, dan harapan besar. Dengan demikian, guru harus memahami cara anak mengalami dunia tersebut agar dapat memberikan pengalaman yang menarik yang merangsang pemikiran dan rasa keingintahuan untuk berpikir kritis.
Sebagai contoh, kadang-kadang seorang anak tertarik pada pembelajaran tertentu karena materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan sehari-harinya. Ini dapat kita gali untuk mengeksplor kemampuan anak-anak berpikir kritis dan menjadi visioner. Sebagai contoh, jika pelajaran diasosiasikan dengan permainan, cerita, atau keluar kelas (study tour), anak dapat dengan mudah menerima materi dan mempelajarinya. Namun, jika terlalu banyak yang bersifat abstrak, anak akan merasa frustrasi dan kehilangan semangat.
Contoh lain yang dapat kita perhatikan adalah karakter anak-anak. Misalnya, seorang anak yang berbakat di bidang musik, khususnya drum, tetapi anak-anak lain memiliki karakteristik yang berbeda. Ada yang aktif, pemalu, imajinatif, analitis, hingga sensitif. Setiap karakter menghendaki pendekatan pengajaran yang berpihak pada kebutuhan siswa. Seorang guru yang memahami karakter anak akan lebih mudah memilih strategi yang bisa mendorong anak untuk belajar. Anak yang aktif, misalnya, kemungkinan belajarnya lebih banyak dengan kegiatan fisik, sebaliknya anak yang imajinatif akan lebih cepat memahaminya dengan unsur visual, naratif, dan warna. Melalui pemahaman karakter anak, guru tidak hanya menyiapkan materi, tetapi juga membangun hubungan yang baik dan meningkatkan rasa aman bagi siswa. Anak-anak merasa diperhatikan, dipahami, dan diberikan tempat berkedudukan sejajar untuk berkembang sehingga siswa pun merasa dihargai.
Dalam dunia yang terus berubah, peran guru tidak lagi hanya sebagai penyampai informasi. Guru adalah pembimbing yang membantu anak-anak menemukan arah, menumbuhkan rasa percaya diri, dan membangun nilai-nilai kehidupan. Melalui pendekatan yang empatik dan penuh pengertian, guru menjadi sosok yang menyentuh hati anak-anak — tidak hanya mengajarkan apa itu belajar, tetapi juga bagaimana menjadi manusia.
Ketika guru mampu melihat dunia dari mata anak-anak, mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga belajar. Belajar untuk lebih sabar, lebih peka, dan lebih bijak dalam menyikapi dinamika ruang kelas. Dari situlah, pendidikan sejati bermula.
Penulis: Ari Susanti, S.Pd.