Membedakan FPB dan KPK Ternyata Mudah
Salah satu pelajaran yang menjadi momok bagi siswa-siswi adalah Matematika. Mendengar nama pelajaran ini saja sudah membuat pusing, apalagi jika harus mengerjakan tugas untuk mencari jawaban dari soal-soal Matematika. Dan ini lagi, guru kami meminta kami untuk membuat soal Matematika, menjawabnya, membuktikan kebenaran jawaban dan soal, serta terakhir kami diminta untuk mempresentasikannya. Wow… sudah terbayang betapa kepala ini akan dibuat pusing….
Menurut guru kami, dengan cara ini kami bisa lebih mudah membedakan soal FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dengan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan cara menyelesaikannya. Siswa-siswa merasa tertantang, apakah dengan cara ini kami dapat lebih mudah membedakan FPB dan KPK?
Dengan antusias, sehari sebelum praktik dimulai, siswa-siswi menyiapkan alat-alat yang diperlukan secara berkelompok. Pengerjaannya pun dilakukan di luar kelas, yaitu di taman yang cukup sejuk dan asri karena dikelilingi pohon, sehingga suasana belajar kali ini terasa berbeda dari biasanya.
Setelah siswa-siswi duduk berkelompok, mulailah mereka membuat soal FPB, lalu menjawabnya dan mempraktikkannya dengan alat tulis dan tas-tas kecil untuk pembuktian kebenaran perhitungannya. Terakhir, mereka mempresentasikan hasil dari semuanya, dan guru menilai proses tersebut. Jika perhitungan mereka benar, maka saat pembuktian soal FPB pun akan benar.
Setelah semua kelompok selesai sampai tahap akhir, yaitu presentasi tiap kelompok, siswa-siswi diajak ice breaking untuk mencairkan kembali pikiran yang sempat terkuras menyelesaikan tugas Matematika tersebut.
Beberapa siswa-siswi ada yang mengusulkan untuk lebih sering belajar di luar kelas, karena dengan suasana berbeda, motivasi mereka untuk senang belajar Matematika meningkat dan lebih mudah memahami rumus Matematika.
Marilah, kita sebagai pendidik memberikan materi pelajaran yang menarik, tidak hanya melulu di dalam kelas, dan berilah kesempatan kepada siswa-siswi untuk dapat bekerja kelompok dan belajar presentasi dalam pelajaran apapun, sehingga siswa-siswi merasa senang mempelajari pelajaran yang semula dianggap momok bagi hampir semua anak didik.
Penulis: Lisda Larasati