Pendidikan Budaya Humanis di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi merupakan sekolah nasional yang mengikuti kurikulum pemerintah, sama seperti sekolah lainnya di Indonesia. Namun, yang membedakannya adalah adanya pelajaran Budaya Humanis di setiap jenjang pendidikan. Sementara sekolah lain mungkin tidak memiliki program serupa, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menjadikan Budaya Humanis sebagai bagian integral dari pembelajaran.

Apa Itu Budaya Humanis?

Pelajaran Budaya Humanis di SMP Cinta Kasih Tzu Chi mencakup empat aspek utama:

  1. Pendidikan Karakter
  2. Pendidikan Kehidupan (Keterampilan Hidup Sehari-hari)
  3. Pendidikan Jiwa
  4. Pendidikan Lingkungan

Mari kita bahas masing-masing aspek ini.

  1. Pendidikan Karakter

Menurut Direktorat Guru Pendidikan Dasar, pendidikan karakter adalah upaya menanamkan kebiasaan baik (habituation) agar peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Pendidikan karakter harus diajarkan secara konsisten, dibiasakan, dan dilatih hingga akhirnya menjadi bagian dari diri siswa.

Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, pendidikan karakter diterapkan dalam berbagai bentuk, seperti:

  • Membiasakan siswa berpakaian rapi sesuai aturan sekolah.
  • Mengepang rambut bagi siswa perempuan.
  • Berbicara dengan sopan.

Mungkin ada yang bertanya, apa hubungannya berpakaian rapi dengan kecerdasan akademik? Jawabannya adalah disiplin. Kebiasaan mematuhi aturan sejak dini melatih siswa agar siap menghadapi peraturan yang berlaku di masyarakat saat mereka kuliah atau bekerja nanti.

  1. Pendidikan Kehidupan (Keterampilan Hidup Sehari-hari)

Di dalam aspek ini, siswa diajarkan berbagai keterampilan dasar yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti:

  • Menyetrika dan melipat baju.
  • Merapikan tempat tidur.
  • Mengepang rambut.
  • Menjahit pakaian sederhana.

Tujuannya adalah melatih kemandirian. Dengan keterampilan ini, siswa tidak akan canggung ketika harus hidup sendiri, misalnya saat melanjutkan pendidikan di luar kota atau luar negeri. Mereka akan lebih siap dalam menghadapi kehidupan mandiri tanpa bergantung pada orang lain.

  1. Pendidikan Jiwa

Pendidikan jiwa dalam Budaya Humanis meliputi dua kegiatan utama:

  • Saji Teh (Jing Si Cha Dao)
  • Merangkai Bunga (Jing Si Hua Dao)

Saji Teh mengajarkan anak-anak untuk menenangkan hati dan pikiran sebelum melakukan sesuatu. Sebelum masuk ke ruang budaya humanis, siswa diminta mencuci tangan terlebih dahulu, yang memiliki makna simbolis bahwa sebelum memasuki suatu ruangan, makan, atau minum, seseorang hendaknya membersihkan diri terlebih dahulu sebagai bentuk kesadaran dan penghormatan.

Merangkai Bunga bertujuan mengajarkan siswa tentang keindahan dan kreativitas. Mereka belajar bahwa sesuatu yang sudah indah, seperti bunga, dapat dibuat lebih menarik dengan sentuhan seni dan estetika. Kegiatan ini juga menanamkan nilai penghargaan terhadap keindahan alam.

  1. Pendidikan Lingkungan (PL)

Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, pendidikan lingkungan diajarkan secara langsung melalui kebiasaan sehari-hari. Setiap hari Selasa dan Jumat, siswa serta guru membawa sampah daur ulang dari rumah. Hal ini bertujuan untuk:

  • Mengenalkan berbagai jenis sampah kepada siswa.
  • Mengajarkan pentingnya mendaur ulang dan mengurangi sampah.
  • Menanamkan konsep bahwa “sampah dapat menjadi emas dan emas dapat menjadi cinta kasih.”

Selain itu, siswa juga dibiasakan membawa botol minum dan bekal sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, sehingga turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Kesimpulan

Seperti yang disampaikan oleh Master Cheng Yen, “Pendidikan anak adalah mengajarkan tata krama, mengasuh budi pekerti, menunjukkan jalan, dan memandu ke arah yang benar.” Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mewujudkan filosofi ini melalui pendidikan Budaya Humanis yang tidak hanya membentuk siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter, kemandirian, ketenangan jiwa, serta kepedulian terhadap lingkungan. Dengan pendekatan ini, diharapkan para siswa dapat tumbuh menjadi individu yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan dunia.

Oleh : Dwi Atmanti