Resensi Buku: Semua Murid Semua Guru

Penulis: Eduardus Laot

Kisah-kisah inspiratif dalam buku ini bagi saya sangat sehat untuk dikonsumsi otak, apalagi bagi seorang guru yang setiap hari berkutat dengan buku pengetahuan, media pengetahuan lain, dan tentunya siswa sebagai peserta didik. Najelaa Shihab merupakan anak seorang ulama terkenal, Alwi Shihab. Najelaa sendiri malah berkutat dengan pendidikan dengan mendirikan Sekolah Cikal dan Kampus Guru Cikal yang tersebar di beberapa daerah, terutama Jakarta dan sekitarnya.

Buku ini sangat inspiratif dan sangat kontekstual dengan zaman sekarang. Merdeka belajar atau belajar merdeka semuanya tertuju kepada satu tujuan, yakni pendidikan yang berimbang. Beliau sering mengulang-ulang frase “memaknai Merdeka Belajar untuk Perubahan Pendidikan” dalam beberapa kisah inspiratif dalam buku tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa buku ini tidak melulu berkisah tentang opini-opini pendidikan penulis, tetapi lebih kepada kisah nyata para gurunya sendiri yang dituangkan untuk menjadi pembelajar bagi pembaca.

Bagi Najelaa, kunci dari merdeka belajar adalah mengembangkan kompetensi per individu, entah apapun itu bentuknya. Hal ini sangat dibutuhkan untuk perkembangan seorang manusia. Sejujurnya, kunci utama dari tujuan pendidikan itu adalah kompetensi tersebut. Kompetensi seringkali dimaknai terbatas kepada keterampilan, padahal kompetensi lebih kepada mampu mendemonstrasikan aksi nyata dan masuk kepada pemecahan masalah. Jika kompetensi hanya terbatas pada keterampilan, maka seharusnya sekolah vokasi dan kursus lebih dianggap kompeten dibandingkan harus bersekolah sekian tahun.

Maka, kompetensi di sini dapat dikatakan bahwa peserta didik mampu membuktikan transferability—mahir di situasi baru dengan kombinasi yang baru, jadi tidak seperti yang diprediksikan sebelumnya. Untuk bisa memenuhi itu, maka merdeka belajar harus dimaknai seperti ini: bisa menyatakan diri mencapai kompetensi, perlu predisposisi seperti aksi dan pengetahuan dasar. Pengetahuan dasar ini menyangkut kemampuan eksekusi, memahami esensi, dan membuktikan hasil dari proses belajar tersebut.

Artinya, kurikulum seharusnya sudah dimatangkan, tidak lepas dan memberi kebebasan kepada guru untuk menerjemahkan sendiri. Bukan begitu konsep merdeka belajar. Perubahan pendidikan sebenarnya tidak berpusat pada prestasi pendidikan di sekolah, namun pada kemampuan analisa dan penyesuaian karakter seseorang dengan lingkungan baru; contoh menghormati orang yang berbeda dengan dirinya, atau berbagai kombinasi kreatif yang menciptakan seorang manusia masuk dalam lingkup perubahan sebuah masyarakat.

Salah satu contoh kecil dari sebuah merdeka belajar adalah sikap anak secara pedagogis. Merdeka belajar tidak khusus menyangkut jawaban benar menyilang soal, tetapi bagaimana dia mampu menjelaskan dan menganalisis soal kemudian bisa diungkapkan dalam pendapatnya sendiri. Artinya, anak menerima pemahaman baru dari proses belajarnya. Maka, sangat menarik membaca buku ini, apalagi bagi orang-orang yang haus akan pola, opini, dan sistem yang mau diterapkan bagi peserta didik di luar sistem yang sudah disediakan pemerintah.