ANAK SELALU DIBANTU?

Seorang siswa kelas XI datang mengeluh ke ruang BK Center. Dari TK sampai lulus SMP, Ia selalu juara. Namun kini, di bangku kelas XI, ia begitu kesulitan menghadapi guru-guru yang mengejarnya dengan tugas-tugas. Teman-teman di kelas menurutnya tidak bersahabat karena mereka tidak ada yang mau membantumya, semua sibuk dengan diri mereka masing-masing. Banyak tekanan yang diterima olehnya. Salah satu tugas yang sangat membebani baginya adalah tugas membuat karya ilmiah dibawah bimbingan seorang guru dan yang nantinya akan di presentasikan dihadapan guru penguji. Dalam tugas ini, ia mendapat guru pembimbing yang menurutnya sulit. Menurutnya, judul dan ide-idenya selalu ditolak tanpa alasan yang ia dapat pahami. Jika jadwal bimbingan tidak bisa sesuai dengan jadwal yang sudah ia buat, sangat sulit diterima olehnya. Ia akan marah. Sementara itu, beberapa teman yang menurutnya berada di level bawah dari dirinya, dapat cepat menyelesaikan karya ilmiah mereka. Menurutnya, mereka “ada main” dengan guru-gurunya. Mereka tidak mengerjakan dengan benar, pasti mereka mengerjakan dengan mencontek karya orang lain, atau pasti gurunya yang membuatkan untuknya. Ia menjadi sangat frustasi dan membutuhkan penanganan secara psikologis.

Banyak orang tua yang tidak menyadari, dibalik kesuksesan mendapatkan nilai-nilai tinggi yang diraih oleh anak-anak mereka selama di sekolah, disertai dengan suatu persoalan besar yaitu kesombongan, merendahkan orang lain dan ketidak mampuan menghadapi tantangan serta kesulitan. Ini lah yang harus dipelajari yaitu belajar menghadapi kesulitan dan tantangan. Seorang psikolog dari Stanford University, Carol Dweck menulis dalam bukunya The New Psychology of success bahwa hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan.

Biarkan anak-anak dibesarkan dalam alam yang menantang, jangan biarkan mereka melewati semua tantangan hidup mereka dengan mudah, dengan bantuan dari orang tua. Cukup berikan pujian dan semangat, bukan berikan kemudahan. Jika anak TK mengalami kesulitan untuk mengancingkan baju, biarkan mereka mencobanya sampai bisa dan terbiasa. Setelah bisa, berikan pujian. Setiap bangun tidur, berikan tanggung jawab kepada anak untuk  membereskan tempat tidur mereka sendiri lalu merapikan kamar sendiri. Biarkan anak Menyusun buku Pelajaran, tas dan keperluan sekolah mereka sendiri. Jika keesokan hari misalnya ada satu buku  tertinggal, biarkan anak mencoba menyelesaiakan dan belajar menghadapi masalah dan bernegosisasi dengan guru mengenai kelalaiannya yang tidak membawa buku tersebut. Jika anak menghadapi permasalahan dengan temannya di kelas, biarkan mereka menyelesaikan sendiri tanpa perlu orang tua mengintervensi terlalu dalam, orang tua bisa bekerjasama dengan guru. Atau jika anak kesulitan dalam menyelesaikan project mereka, biarkan diri mereka mengeksplorasi sampai meneumkan kesalahan dan mampu membetulkan apa yang kurang tepat. Orang tua dapat memberikan masukan tapi bukan mengerjakan tugas anak-anak mereka.

Akhir-akhir ini banyak kasus yang kita baca di media, mengenai orang tua yang membela anaknya meskipun anaknya berada di posisi yang salah. Anak selalu diberikan kemudahan dengan diberikan perlindungan. Orang tua tidak menyadari bahwa hal tersebut membuat anak kelak tidak mampu menghadapi kerasnya kehidupan yang penuh tantangan. Anak tidak diberikan kepercayaan untuk belajar menghadapi hingga menyelesaikan masalah.

Sejak dari kecil anak-anak harus dibiasakan menghadapi alam yang menantang, bukan asal mudah dan dimudahkan. Karena akan terbiasa dan membentuk karakter yang Tangguh. Di dunia dewasa, dunia karir dan Masyarakat, keadaan yang menyakitkan dan kegagalan akan mungkin ditemui lebih banyak lagi. Jika selama ini kemudahan yang selalu diterima anak, pada saat mereka dewasa kelak akan menjadi pribadi yang cepat menyerah, tidak mempunyai daya juang dan secara defensive akan menyerang orang lain dengan mengatakan bahwa orang lainlah yang salah. Ia tidak bisa melihat atau menerima kekalahan dirinya. Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya yang penuh tatangan.

Jadi, sebagai orang tua janganlah selalu memberikan kemudahan dan membentengi anak-anak kita dalam menghadapi tantangan. Biarkan anak-anak menghadapi tantangan hidup dan kesulitan mereka masing-masing agar kelak mereka menjadi manusia yang sukses.

Gan en

Penulis: Rina MY