Hari Bakti SMP Cinta Kasih Tzu Chi
“Hati Yang Penuh Cinta Kasih Merupakan Wujud Bakti Kepada Orang Tua”
Hari Bakti merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, baik oleh unit TK, SD, SMP, SMA, maupun SMK. Semua unit melaksanakan Hari Bakti tersebut. Secara khusus, unit SMP melaksanakan kegiatan ini pada jenjang kelas 7, yang merupakan kelas dasar unit ini. Pada dasarnya, Hari Bakti adalah penerapan dari ajaran Master Cheng Yen, beliau adalah pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi yang menaungi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Beliau memberikan wejangan kepada kita dengan satu kata perenungan: “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dunia ini, yang pertama adalah berbakti pada orang tua, yang kedua adalah berbuat kebajikan.”
Dewasa ini, menjadi keprihatinan bersama, sering kali kita melihat kejadian di media sosial ataupun di media televisi mengenai beberapa tindakan yang tidak baik. Bahkan, sering kali kita menjadi prihatin, di mana sebagai anak, apakah kita tidak bisa bersikap lebih baik dari hal tersebut? Orang tua sudah melahirkan, membesarkan, dan merawat anak, serta mendidik anak sebaik mungkin, namun kadang-kadang masih kita lihat sikap dari anak yang sebaliknya. Oleh sebab itu, penanaman nilai-nilai karakter berbakti sangatlah penting. Hal ini perlu dipraktikkan, tidak hanya teori saja, tetapi memerlukan momentum yang baik. Momentum tersebut harus kita ciptakan dengan sebaik mungkin sehingga anak juga mengalami sentuhan di hatinya, menggugah hatinya yang selama ini sudah baik menjadi lebih baik, dan yang belum tersentuh menjadi baik, sehingga tercipta suasana harmonis antara anak dan orang tua.
Hari Bakti SMP Cinta Kasih Tzu Chi dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Desember 2024, dengan serangkaian acara yang sudah dipersiapkan oleh guru SMP Cinta Kasih Tzu Chi dan tim Budaya Humanis. Pukul 12.30 WIB, orang tua sudah mulai datang, dan sambil menunggu para tamu undangan, mereka menyaksikan video kumpulan foto memori antara orang tua dan anak yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Tepat pukul 13.00 WIB, acara dimulai dengan pembukaan yang diawali dengan ice breaking untuk mencairkan dan mengakrabkan suasana antara anak dan orang tua.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan penampilan isyarat tangan dan drama bertemakan keluarga oleh siswa-siswi SMP Cinta Kasih Tzu Chi, yang sudah berlatih bersama dengan tim guru Budaya Humanis dan guru Bahasa Indonesia. Setelah penampilan dari siswa-siswi selesai, acara dilanjutkan dengan materi inti, yaitu prosesi basuh kaki dan pembagian rapot. Pada materi inti, acara dibawakan oleh Ibu Yuwanti dengan mendramakan cerita yang menyentuh hati anak-anak tentang betapa perjuangan orang tua itu tidak kenal lelah untuk mengantarkan anak mencapai apa yang terbaik dan yang dicita-citakan. Kemudian, anak-anak mulai melakukan prosesi basuh kaki sebagai tanda baktinya kepada orang tua. Momen ini sangat langka, dan tidak semua anak mendapatkan momen tersebut. Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi inilah budaya pembentukan karakter berbakti dibentuk, supaya anak-anak selain mempunyai pendidikan yang baik juga memiliki karakter yang baik pula.
Setelah membasuh kaki orang tua, anak-anak mengambil rapot dan menyerahkan rapot kepada orang tua. Inilah persembahan terbaik yang diberikan anak terhadap orang tua selama satu semester belajar. Baik dan buruk hasil yang didapatkan tentunya menjadi evaluasi untuk apa yang sudah baik dan apa yang masih kurang, sehingga harus lebih baik lagi semester berikutnya. Pada situasi ini juga merupakan pertanggungjawaban anak bahwa harus ada komitmen untuk lebih giat lagi dalam belajar, sehingga orang tua menjadi bangga atas prestasi yang didapatkannya.
Di akhir kegiatan Hari Bakti, baik dari guru-guru maupun orang tua murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mempunyai harapan yang besar kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Merekalah yang kita persiapkan untuk menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter baik. Kegiatan Hari Bakti adalah momen yang baik untuk menciptakan, menggugah, meluruskan, dan memaknai kembali harapan baik itu dari orang tua, anak-anak, dan sekolah untuk bersama-sama mewujudkan keharmonisan suasana demi cita-cita yang diharapkan.
Penulis: Agustinus Priantoro