Mengajar Dengan Hati
Keberhasilan studi siswa sedikit banyak ditentukan oleh efektifitas guru sekolah dalam memainkan peranannya sebagai seorang pendidik. Kadang kala ada banyak guru yang melupakan peranannya yang sesungguhnya dan terjebak di dalam rutinitas pekerjaan sehari-hari. Melalui penyajian topik ini, peserta diingatkan akan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik yang tidak hanya menyentuh sisi konseptual-logika peserta didik, melainkan juga menumbuhkankembangkan pribadi seorang manusia yang utuh dalam keseharian.
Topik “Mengajar dengan Hati” bukan hanya merupakan suatu slogan kosong semata, melainkan sarana untuk mengembangkan kapasitas dan kredibilitas guru sebagai seorang teladan bagi para peserta didik dalam menghasilkan manusia Indonesia masa depan yang cerdas nan berakhlak mulia, serta menjadi katalisator perubahan dunia pendidikan di Indonesia demi kepentingan masyarakat luas. Modul ini memiliki pendekatan untuk memperkuat pengetahuan, kecakapan, dan kapasitas seorang pendidik melalui workshop yang relevan.
Dewasa ini, dalam perkembangan zaman yang serba cepat, pekerjaan seorang guru mengalami suatu perubahan sistem nilai; dari suatu panggilan hidup untuk mengajar dan mendidik, menjadi suatu karier profesional yang seolah-olah dapat dilatih dan dipelajari oleh siapa saja dan berorientasi kepada nilai akademik semata. Padahal keberadaan seorang seorang guru adalah untuk mengenakan pribadi guru dan bukan hanya sekedar profesi atau mata pencaharian semata.
Kata “Guru” berakar dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti: “Orang yang menghalau kegelapan kebodohan”. Pekerjaan Guru itu sendiri adalah salah satu pekerjaan yang sangat tua, terhormat, dan dibutuhkan oleh para siswa yang ingin mempelajari jalan pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran tingkah laku.
Dalam sistem tradisi nilai-nilai tradisional, Guru bukan mengajarkan ilmu akademik semata, melainkan membagi kehidupan dengan siswanya. Dibutuhkan HATI dan kepedulian akan pertumbuhan dan kemajuan siswa yang lebih dari hanya sekedar apa yang mereka ketahui dan capai secara kognitif. Sistem pembelajaran bukanlah sekedar distribusi informasi, melainkan aplikasi transformasi, di mana keberhasilan siswa terlihat ketika siswa mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan keseharian.
Oleh karena itu, dibutuhkanlah para pendidik yang bersedia memelihara nilai-nilai tradisi “MENGAJAR DENGAN HATI” di tengah gejolak perubahan zaman. Modul ini diharapkan dapat membuka jalan untuk menuju kearah utopia pembelajaran yang diidamkan oleh semua pendidik dan peserta didik.
Kiranya guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bukan hanya menjadi guru professional yang mengajar dengan persiapan, tapi juga guru misional yang mengajar dengan hati.
Penulis: Timothy Athanasios