Guru, Panggilan, Salah Persepsi, Dan Aktualisasi Diri

“Orang-orang yang teraktualisasi diri… hidup lebih dalam dunia nyata alam daripada dalam kumpulan konsep, abstraksi, harapan, keyakinan, dan stereotip buatan manusia yang sering kali membingungkan kebanyakan orang dengan dunia.” (Abraham Maslow)

Menjadi seorang guru adalah panggilan yang istimewa. Ibarat seorang pelukis, guru berkarya melalui perilaku dan perkataan yang dapat menghasilkan karya yang indah melalui kehidupan seorang murid. Pola pikir, skill, wawasan, dan kepribadiannya membentuk pola pikir seorang murid.

Seorang guru adalah seorang seniman; karyanya bukanlah seonggok batu atau kayu, melainkan pribadi yang bergerak dan berkreasi. Seorang seniman tidak dinilai berdasarkan seberapa banyaknya karyanya melainkan seberapa sempurnanya pekerjaan tangannya.

Seringkali banyak persepsi yang salah tentang guru; dianggap pekerjaan yang kalah berkelas dibandingkan pekerjaan seorang dokter atau insinyur, sehingga membuat seorang guru merasa tidak merasa bangga dengan profesinya yang mengakibatkan penurunan kinerja dan profesionalitasnya.

Guru dianggap sebagai orang yang sekedar mengadakan proses transaksi ilmu pengetahuan; berbicara dan didengarkan oleh orang lain, mengulang apa yang telah tertulis di buku pelajaran, dan memastikan agar anak lulus ujian.

Pendidik adalah seorang yang  mampu mengaktifkan mengabaikan domain afektif siswa sehingga domain kognitif siswa dapat tersentuh secara maksimal dengan memenuhi kebutuhan manusia yang paling dasar dapat, demikian Abraham Maslow memaparkannya.

Padahal kebutuhan manusia yang paling dasar meliputi hal-hal sebagai berikut:

  1. Kebutuhan untuk dicintai, memiliki hubungan, dan diperhatikan.
  2. Kebutuhan untuk menghargai dan dihargai serta membangun reputasi.
  3. Kebutuhan untuk pengetahuan; menemukan, mengeskplorasi, mencari pemuasan dalam segi kognitif.
  4. Kebutuhan akan keindahan di sekitarnya.
  5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya.

Dan itulah kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang guru; mambangun aktualisasi diri dalam pribadi murid, sehingga hal itu membangun aktualisasi dirinya sendiri menjadi guru yang mengajar dengan hati.

Penulis: Timothy Athanasios

Add a Comment

Your email address will not be published.