Makna dan Keharmonisan dalam Seni Saji Teh

Setelah mempelajari Seni Merangkai Bunga (花道) pada semester sebelumnya, maka di semester baru ini, siswa SMP kembali mengikuti Pelajaran Budaya Humanis mengenai Seni Saji Teh (Jìngsī chádào ~ 静思茶道). Seni Saji Teh bukan hanya sekadar tentang minum teh, tetapi di balik secangkir teh terdapat banyak unsur dan proses yang sangat bermakna. Bahkan sesaat sebelum siswa memasuki ruang kelas saji teh pun sudah mulai dilakukan rangkaian prosesi yang penuh makna.

Siswa biasanya akan berbaris dengan rapi, melepas sepatu, dan memasang watao. Setelah itu, siswa akan melakukan prosesi cuci tangan. Saat melakukan prosesi ini, siswa sembari membacakan 清洁手,清净心,洗手、洗心,焕然一新 (qīngjié shǒu, qīngjìng xīn, xǐ shǒu, xǐ xīn, huànrán yīxīn) yang artinya “Membersihkan tangan, menjernihkan hati, mencuci tangan, membersihkan hati, menjadi seperti baru kembali.” Kalimat ini memiliki cakupan arti yang lebih dalam lagi, yaitu saat siswa masuk ke ruang saji teh, mereka terlebih dahulu membersihkan kotoran dan kuman pada tangan, sekaligus membersihkan segala kepenatan dan kegelisahan hati mereka. Dengan demikian, saat sudah di dalam ruang saji teh, mereka sudah siap secara fisik dan jiwa untuk menerima materi sekaligus menikmati secangkir teh yang menenangkan hati.

Selain mempelajari prosesi dan makna dari cuci tangan ini, siswa SMP Kelas 7 juga diperkenalkan dengan perlengkapan saji teh, mulai dari alas atau taplak meja, teko penyeduhan, teko penyajian, gelas teh, tempat penyimpanan daun teh beserta sendoknya, bahkan hingga alas teko, alas tutup teko, serta mangkuk besar untuk menampung sisa teh dan air. Semua perlengkapan yang diletakkan di atas meja saji teh ini memiliki peran dan tempatnya masing-masing. Setiap perlengkapan ditata sedemikian rupa untuk memudahkan proses penyeduhan teh, penyajian teh, sampai pembersihan perlengkapan. Semua perlengkapan ini juga diletakkan di atas taplak meja, yang mana taplak meja ini ibarat bumi tempat kita tinggal, dan setiap perlengkapan adalah ibarat kita manusia. Setiap individu manusia memiliki peran dan tempatnya masing-masing di bumi ini. Tidak ada yang terlalu kecil hingga dianggap tidak perlu, ataupun terlalu besar hingga dianggap mengganggu.

Melalui pembelajaran sederhana ini, siswa diberi pemahaman bahwa seperti apapun kondisi mereka, mereka pasti punya peran dan tempat masing-masing sesuai porsi mereka. Tidak ada yang terlalu hebat sehingga boleh meremehkan yang lain, ataupun terlalu tidak berguna sehingga dianggap tidak ada gunanya bagi sesama.

Seperti yang selalu menjadi pilar dalam pembelajaran Budaya Humanis, yaitu 感恩 (gǎn ēn), 尊重 (zūnzhòng), dan 爱 (ài), melalui pembelajaran saji teh kita belajar bersyukur bahwa kita masih diberi kesempatan untuk menjalankan peran kita di tempat kita berada. Kita juga belajar menghormati dan menghargai orang lain dalam menjalankan peran mereka sesuai porsi dan tempat mereka. Yang paling utama adalah kita belajar bagaimana menunjukkan cinta kasih serta menyebarkan cinta kasih kepada semua makhluk di bumi ini.

Sekalipun diri kita hanya bagaikan sebuah baut kecil, kita juga harus memperhatikan apakah sudah terpasang dengan baik dan kencang agar dapat berfungsi secara optimal.

~ Kata Perenungan Master Cheng Yen ~

Penulis: Henny Kumala