Konsep Sains Sederhana Namun Bermakna
Pernahkah kita bertanya, mengapa sebuah kapal bisa mengapung di lautan? Pertanyaan ini sering muncul dari anak-anak, khususnya balita atau siswa sekolah dasar (SD). Namun, menjawabnya dengan langsung mengajarkan teori Hukum Archimedes mungkin tidak sesuai dengan perkembangan pemikiran mereka. Menurut teori belajar kognitif, siswa SD (usia 6-12 tahun) berada dalam tahap operasional konkret, di mana mereka dapat memecahkan masalah secara logis tetapi masih membutuhkan objek fisik yang nyata untuk memahami konsep abstrak.
Piaget, seorang tokoh teori belajar, menyatakan bahwa pada tahap konkret, anak-anak mulai berpikir logis, tetapi pemikiran tersebut masih terkait dengan objek yang mereka lihat dan rasakan secara langsung. Anak-anak, menurut Piaget, tidak seperti botol kosong yang siap diisi, melainkan mereka aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep mengapung, tenggelam, dan melayang bisa diajarkan melalui percobaan sederhana yang melibatkan siswa secara langsung.
Dalam kegiatan ekstrakurikuler sains di SD Cinta Kasih Tzu Chi, yang dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Agustus 2024, konsep sains ini dipelajari melalui percobaan sederhana yang melibatkan telur, air, dan garam. Siswa dari kelas 1 hingga kelas 5 dibagi menjadi beberapa kelompok dan diminta untuk melakukan percobaan yang menunjukkan bagaimana sebuah benda bisa mengapung, melayang, atau tenggelam.
Percobaan dimulai dengan memasukkan telur ke dalam air biasa, di mana telur tersebut tenggelam. Ketika sedikit garam ditambahkan ke dalam air, telur mulai melayang. Dengan menambahkan lebih banyak garam, telur akhirnya mengapung di atas permukaan air. Dari percobaan ini, siswa dapat melihat dan mengalami sendiri bagaimana massa jenis air berubah ketika garam ditambahkan, sehingga massa jenis telur menjadi lebih kecil dari air garam, menyebabkan telur mengapung.
Percobaan sederhana ini tidak hanya membantu siswa memahami Hukum Archimedes tentang mengapung, melayang, dan tenggelam, tetapi juga mengajarkan mereka konsep dasar massa jenis secara nyata. Siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman langsung, yang akan membuat konsep tersebut lebih mudah diingat dan dipahami.
Penggunaan media konkret dalam pembelajaran ini memberikan pengalaman nyata kepada siswa, merangsang mereka untuk aktif belajar, bereksperimen, dan menemukan pengetahuan baru. Proses ini menjadikan pembelajaran lebih bermakna, menyenangkan, dan tentu saja lebih efektif.
Penulis : Dedeh Nurhayati, S.Pd.I