Membangun Kepemimpinan dan Strategi melalui Pembelajaran Basket di SMA Cinta Kasih Tzu Chi
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) atau yang juga dikenal sebagai pelajaran PJOK, menjadi salah satu mata pelajaran favorit bagi siswa. Selain memberikan kesempatan untuk aktif bergerak, Penjasorkes juga mengajarkan nilai-nilai penting yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti kedisiplinan, kerja sama, dan kepemimpinan. Di SMA Cinta Kasih Tzu Chi, Penjasorkes dirancang tidak hanya untuk melatih keterampilan fisik siswa, tetapi juga untuk membentuk karakter positif melalui berbagai cabang olahraga. Salah satu fokus utama dalam kurikulum saat ini adalah permainan bola besar, seperti bola basket.
Basket merupakan salah satu olahraga yang digemari siswa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa/i SMA Cinta Kasih Tzu Chi yang mengikuti ekstrakurikuler basket. Dengan kombinasi teknik individu, kerja sama tim, dan strategi permainan, basket memberikan ruang bagi siswa untuk belajar tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan cara bekerja sama dalam tim. Di SMA Cinta Kasih Tzu Chi, pembelajaran basket dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami permainan sekaligus menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dan strategi yang berguna dalam kehidupan mereka.
Menurut Standy Levrand, siswa kelas 12, pembelajaran basket di sekolah ini memberikan pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang. “Awalnya, saya merasa kurang percaya diri karena belum pernah bermain basket sebelumnya. Tapi, melalui pendekatan yang diberikan guru, saya jadi lebih percaya diri dan bahkan belajar memimpin tim kecil dalam pertandingan,” ungkap Standy.
Permainan bola besar seperti basket menjadi salah satu fokus utama. Guru Penjasorkes SMA Cinta Kasih Tzu Chi, Victor Dhimas Handoyo, merancang sesi pembelajaran basket yang menekankan pada penguasaan teknik dasar seperti dribbling, passing, dan shooting. Passing yang terdapat 3 cara, yaitu chest pass, overhead pass, dan bounce pass, serta teknik shooting seperti lay up. Namun, Victor juga mengajarkan cara bekerja sama dalam tim dan cara menetapkan strategi bermain dalam tim.
Salah satu kegiatan awal yang dilakukan adalah latihan dribbling. Siswa diajarkan berbagai variasi dribbling, mulai dari dribble dasar hingga crossover. Setelah itu, mereka diarahkan untuk mempraktikkan passing dengan 3 cara yang berbeda, di mana mereka belajar tentang pentingnya komunikasi dan kecepatan dalam bekerja sama. Teknik shooting, yang menjadi inti dari permainan, diajarkan melalui teknik lay up. Siswa/i juga melakukan pengambilan nilai dari pembelajaran bola basket untuk melihat dan mengukur bagaimana kemampuan bermain bola basket mereka meningkat setelah belajar.
Selain fokus pada keterampilan individu, pembelajaran basket di SMA Cinta Kasih Tzu Chi juga menekankan pengembangan strategi tim. Siswa diajak untuk memahami konsep seperti positioning, yaitu penempatan posisi di lapangan, dan defense, yaitu pertahanan dan cara mencegah lawan dari mendapatkan bola. Dalam sesi ini, mereka belajar untuk membaca permainan, mengambil keputusan dengan cepat, dan mengatur peran masing-masing dalam tim.
Pembelajaran basket di SMA Cinta Kasih Tzu Chi bukan hanya soal menguasai permainan, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Guru selalu menekankan pentingnya sportivitas, kerja sama, dan menghormati perbedaan kemampuan setiap individu. Dalam setiap sesi, siswa diajak untuk saling mendukung, baik dalam latihan maupun pertandingan dengan teman sekelas.
Sebagai contoh, siswa yang lebih mahir diberikan kesempatan untuk membantu teman yang masih kesulitan. Dengan pendekatan ini, tumbuh budaya saling mendukung dan menghargai di antara siswa. Pembelajaran basket di SMA Cinta Kasih Tzu Chi menjadi lebih dari sekadar aktivitas fisik. Melalui pendekatan yang inklusif dan strategis, siswa tidak hanya belajar bermain basket, tetapi juga mengembangkan keterampilan kepemimpinan, strategi, dan kolaborasi. Nilai-nilai positif seperti sportivitas, kerja sama, dan empati menjadi bagian penting dari proses belajar-mengajar. Dengan pengalaman ini, diharapkan siswa dapat tumbuh menjadi individu yang tangguh, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan di masa depan, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Penulis: Victor Dhimas Handoyo