Perayaan Waisak 2025: Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Untuk Mewujudkan Perdamaian Dunia
Penulis : Junaidi ( SMK )
Hari Raya Waisak merupakan hari yang penuh keagungan dan kekhidmatan, dimana kita memperingati tiga peristiwa penting yaitu kelahiran, penerangan agung dan parinibbana Buddha Sakyamuni.
Tanggal 23 Mei 2025 menjadi momen penuh makna bagi keluarga besar Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Dalam suasana yang penuh khidmat, siswa TK, siswa SD, siswa SMP, siswa SMA-SMK yang bantu membawa persembahan dan guru beragama Buddha, dan staf bersama-sama memperingati Hari Waisak, sebuah perayaan agung dalam ajaran Buddha yang bukan hanya mengenang kelahiran, pencerahan, dan parinirwana Buddha Gautama, tetapi juga menjadi ajang refleksi mendalam akan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan.
Tahun ini, pertama kali perayaaan Waisak kita mengikuti Prosesi perayaan di Aula Jing Si Tang – PIK. Siswa SMA-SMK berjumlah 98 orang , diminta bantu untuk membawa persembahan pelita , air dan bunga ke meja altar.
Dengan batin yang murni dan tulus, kita persembahkan pelita, air wangi, dan bunga sebagai wujud balas budi kepada Buddha, Orang tua dan Semua Makhluk. Dengan jasa kebajikan yang istimewa ini, kita berdoa semoga pelita hati menerangi jiwa raga kita, sehingga seluruh penjuru alam dipenuhi berkah.
Pelita menerangi sepuluh penjuru dunia, air wangi membersihkan kegelapan batin, harumnya bunga menyebarkan semerbak keluhuran Buddha dan keharuman Dharma. Para hadirin dengan hati yang hening dan jernih bersyukur atas budi luhur Buddha, orang tua, dan semua makhluk; dengan semerbak dupa hati, memuliakan para Buddha dan Bodhisattva. Semoga welas asih senantiasa berkembang, dan ketenteraman serta berkah senantiasa meliputi.
Dalam tulisan ini, saya mencoba untuk menambahkan beberapa hal penting terkait perayaan Waisak ini.
Filosofi Waisak: Momen Pencerahan dan Penyucian Diri Secara spiritual, Waisak adalah waktu yang mengajak setiap insan untuk menyucikan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Tiga peristiwa suci dalam kehidupan Sang Buddha—kelahiran, pencerahan, dan wafatnya—menjadi simbol perjalanan batin menuju kebijaksanaan dan welas asih. Setiap tahun, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi secara konsisten merayakan Waisak sebagai bagian dari pembentukan karakter siswa. Meski kegiatan ini menjadi agenda rutin, setiap tahunnya tetap diselenggarakan dengan semangat dan persiapan penuh dedikasi, meskipun dilakukan dengan jumlah tenaga pengajar agama Buddha yang sangat terbatas. Di tengah banyaknya kegiatan sekolah dan tanggung jawab lainnya, para guru beragama Buddha bekerja keras dan dengan sepenuh hati mengatur jalannya perayaan ini, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan.
Tiga Momentum: Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia Tahun ini, peringatan Waisak terasa semakin istimewa karena bertepatan dengan Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Tiga momen besar ini dipersatukan dalam satu semangat besar: menyebarkan cinta kasih melalui keteladanan dan tindakan nyata. Sejak pagi hari, aula sekolah telah ditata dengan penuh keindahan dan kesederhanaan. Ornamen bunga, lilin, serta simbol-simbol Buddhis memberikan nuansa sakral namun tetap hangat. Di tengah suasana yang tenang, siswa mengikuti ritual pemandian rupang Buddha dengan tertib. Ritual ini bukan hanya seremoni, tetapi menjadi simbol untuk membersihkan batin dari kekotoran pikiran dan menghidupkan kembali niat suci dalam diri.
Refleksi, Formasi Makna, dan Keteladanan Salah satu bagian yang paling menyentuh adalah saat perwakilan siswa membacakan refleksi tentang perjalanan hidup Siddharta Gautama. Dari masa mudanya sebagai pangeran yang hidup dalam kemewahan, hingga keputusan meninggalkan segalanya demi mencari kebenaran, kisah ini mengajarkan bahwa kepedulian terhadap penderitaan umat manusia dan keteguhan hati dalam mencapai pencerahan adalah teladan yang tak lekang oleh zaman.
Menjaga Spirit Dharma di Tengah Tantangan Tidak bisa dipungkiri bahwa menyelenggarakan kegiatan sebesar ini bukan hal yang mudah, terutama dengan keterbatasan jumlah guru agama Buddha. Persiapan membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran yang tidak sedikit. Namun, semangat kebersamaan dan nilai yang ingin diwariskan kepada para siswa membuat semua tantangan itu dapat dilalui dengan semangat welas asih dan rasa tanggung jawab.
Penutup: Menyebar Cinta Kasih, Menjadi Pembawa Kedamaian Perayaan ditutup dengan menyanyikan lagu-lagu bertema Buddhis. Wajah-wajah ceria siswa dan guru mencerminkan kedamaian yang lahir dari dalam, hasil dari pembelajaran spiritual yang tulus dan menyentuh hati.
Dalam ceramah, Xian Le Shifu menyampaikan harapan agar semangat Waisak tidak hanya berhenti di ruang perayaan. “ Cinta kasih tidak cukup hanya dipahami. Ia harus diwujudkan dalam tindakan nyata, sekecil apa pun,” ujar beliau. Ia juga mengingatkan selalu menjaga kejernihan batin dan sikap penuh perhatian (mindfulness) adalah kunci untuk tetap berada di jalan Dharma.
Waisak di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah pengingat bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita semua memiliki pilihan untuk menebar kebaikan, menjaga ketulusan, dan menjadi pembawa damai bagi sekitar.
Dalam perayaan Waisak 2025 di Aula Jing Si Tang – PIK , terdapat formasi yang terbentuk di tengah ruang, yakni: “zheng nian dan li xing”, mewakili kalimat mendalam dari ajaran Master Cheng Yen, “Giat mengembangkan perhatian benar untuk belajar dan sadar. Tekun dan bersemangat dalam mempraktikkan Jalan Bodhisattva.” . Perayaan di sekolah, kita juga ingin semua siswa memahami ajaran ini, serta bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah kedua Shifu kita meninggalkan aula. Acara ditutup dengan pembagian makanan vegetarian yang disiapkan dengan penuh cinta oleh tim dapur sekolah. Suasana penuh kebersamaan dan rasa syukur mengiringi akhir dari perayaan ini.
Akhir kata , saya ucapkan terima kasih bagi siapapun yang sudah membaca artikel ini, dan terima kasih banyak bagi yang sudah membantu kami menyelenggarakan perayaan Waisak 2025 ini. Gan en