Ujian Taekwondo di Sekolah Cinta Kasih: Membentuk Karakter Ksatria Sejak Dini

Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) dalam Taekwondo merupakan bagian penting dari perjalanan seorang taekwondoin. Taekwondoin adalah sebutan untuk orang yang menggeluti kegiatan seni bela diri taekwondo. Untuk pertama kalinya, Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Taekwondo yang dilaksanakan pada 6 Desember 2024 ini diadakan di lapangan indoor Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat, dengan persetujuan antara para Sabeum (pelatih taekwondo) dan jajaran direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Melalui dukungan dan gagasan dari Bapak Freedy Ong, selaku direktur dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, olahraga taekwondo sudah menjadi ekstrakurikuler pilihan yang diminati banyak siswa, mulai dari unit SD, SMP, SMA, hingga SMK.

Materi yang diujikan terdiri atas beberapa komponen dasar, yaitu: Kepalan (Jumeok), Sikap Kuda-Kuda (Seogi), Teknik Serangan (Kongkyok Kisul) yang terdiri dari: Pukulan (Jireugi), Sabetan (Chigi), Tusukan (Chireugi), dan Tendangan (Chagi), kemudian teknik Bertahan/Menangkis (Makki) serta Jurus atau teknik Rangkaian Gerakan Dasar (Poomse). Materi tersebut merupakan materi wajib yang pasti akan diujikan pada setiap ujian taekwondo, mulai dari sabuk putih hingga sabuk biru. Untuk sabuk merah hingga hitam, ada materi tambahan yang diujikan, yaitu pertarungan (Kyourigi) dan juga teknik memecah kayu (Kyokpa). Para pelatih taekwondo yang hadir juga berbagi pengalaman dan strategi yang telah diterapkan dalam melatih para atlet. Mereka menekankan pentingnya disiplin, kerja keras, dan semangat sportivitas dalam mencapai tingkatan lebih lanjut, yaitu sabuk kuning. Setelah ujian ini selesai, langsung dibacakan hasil lulus atau tidaknya dan dibagikan sabuk kuning bagi yang lulus ujian.

Antusias Orang Tua Murid

Setiap orang tua siswa juga turut memantau aktivitas anak-anak mereka selama ujian berlangsung. Selain itu, para orang tua juga ikut memberi semangat kepada masing-masing anak mereka untuk bisa melewati tahapan ujian dengan baik dan lancar. Para orang tua sangat senang melihat anak-anak sangat terampil memperagakan gerakan yang diujikan oleh para pelatih, dan mereka juga ikut mendokumentasikan momen-momen mereka melakukan ujian. Mereka sangat berharap agar anak-anak dapat dinyatakan lulus ujian dengan hasil memuaskan dan mengenakan warna sabuk di tingkat berikutnya.

Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Bukan Hanya Sekedar Formalitas

Ujian kenaikan tingkat di beladiri apapun selalu memberikan makna tersendiri untuk setiap taekwondoin yang menggeluti olahraga ini. Saya sebagai salah satu mantan atlet taekwondo melihat bahwa ujian kenaikan tingkat ini diadakan bukan hanya sekadar formalitas dalam 3–6 bulan sekali, melainkan ujian ini memberikan pelajaran kepada setiap atlet, baik pemula maupun senior, untuk lebih mampu bertanggung jawab di setiap kenaikan tingkat yang setiap taekwondoin alami. Setiap taekwondoin diharapkan lebih serius berlatih setelah diresmikan naik ke tingkat sabuk berikutnya, serta lebih memiliki karakter yang disiplin, bertanggung jawab, dan saling menghormati antar sesama taekwondoin maupun orang di luar taekwondoin. Ujian ini juga sebagai lambang bahwa setiap taekwondoin memiliki kesempatan untuk bertumbuh, baik secara kemampuan maupun secara karakter, terutama karakter yang tetap menjunjung budaya humanis sesuai dengan karakter sekolah Tzu Chi.

Akhir kata, selamat untuk semua taekwondoin yang sudah melewati tahapan ujian kenaikan tingkat mulai dari unit SD, SMP, SMA, dan SMK hingga lulus ke tingkatan selanjutnya. Semoga dengan warna sabuk yang baru, kalian semua semakin menghidupi nilai-nilai karakter yang dibangun lewat olahraga ini serta dapat menjadi calon atlet taekwondo yang berprestasi di masa depan. Tetap semangat, jadikan momen ujian kenaikan tingkat ini sebagai motivasi kalian untuk membentuk karakter ulet dan ksatria, seperti yang terus diajarkan oleh sekolah!

Mengutip dari kata perenungan Master Cheng Yen: “Jika kita memiliki keuletan dan keberanian, maka jalan yang penuh rintangan pun akan menjadi datar tanpa halangan.”

Penulis: Fransiskus Allan Gunawan