Agama dan Budipekerti di Tengah Gempuran AI

Artificial Intelligence atau AI adalah kecerdasan buatan yang bertujuan membantu pekerjaan manusia. Ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan AI untuk manusia. Saat ini, telah bermunculan banyak aplikasi dan software berbasis AI yang bisa dengan mudah digunakan, seperti Chat GPT, Gemini AI, Meta AI, dan masih banyak lagi. Tiga AI di atas memungkinkan kita bertanya tentang apapun dan seketika menyajikan hal yang kita perintahkan. Tak hanya bertanya, beberapa fitur AI juga menawarkan picture generator. Dengan adanya fitur ini, kita dapat dengan mudah membuat ilustrasi ataupun foto yang terasa seperti nyata hanya dengan perintah di perangkat. Saat ini, ada banyak sekali jenis AI yang berbeda, tentunya juga dengan fungsi yang berbeda. Tapi, apakah AI tersebut akan sepenuhnya membantu? Adakah efek samping dari penggunaan AI?

Terlebih dahulu, kita lihat bagaimana AI membantu kehidupan di sekolah. AI memungkinkan kita melihat dunia lebih luas dan tak terbatas. AI memungkinkan kita untuk bertanya segalanya tentang hal yang ingin diketahui. Mari ambil contoh yang paling mudah: saat mengerjakan tugas yang butuh inspirasi luas, AI bisa jadi solusi untuk referensi. Selain membantu peserta didik, AI juga membantu pengajar untuk menyiapkan materi ajar yang jauh lebih interaktif.

Namun, hal yang harus diperhatikan juga adalah efek samping dari penggunaan AI itu sendiri. Chat GPT adalah AI yang paling sering digunakan belakangan ini. Dengan kemampuannya menjawab pertanyaan, seringkali AI ini disalahgunakan. Dalam ujian, peserta didik kerap kali menggunakan Chat GPT untuk menjawab pertanyaan atau ketika diberikan tugas untuk membuat suatu karangan, peserta didik menggunakan Chat GPT untuk membuat karangan tersebut tanpa perlu waktu lama. Tapi tanpa peserta didik sadari, kemudahan ini hanyalah kemudahan sesaat yang melenceng dari tujuan pembelajaran. AI yang seharusnya hanya membantu malah jadi alat untuk berbuat kecurangan. Dengan adanya AI tersebut, segala pekerjaan manusia dapat dengan mudah digantikan. Bahkan, sebuah lukisan atau foto dapat dengan mudah dibuat ilustrasi, suara manusia dapat dengan mudah dibuat berbeda hanya dengan AI. Lantas, apa yang bisa dilakukan manusia menanggapi hal ini?

Jawaban yang paling sederhana adalah perasaan. AI memanglah perangkat pintar, tapi AI tidak memiliki perasaan dan pengertian. Lantas, apa hal yang tidak bisa digantikan oleh AI? Agama dan budi pekerti adalah salah satu hal yang tak mungkin luput dari manusia. Agama dan budi pekerti mengajarkan soal sopan santun, beretika, dan berperilaku. Kalau tugas-tugas bisa dikerjakan dengan mudah oleh AI, cara berperilaku dan nilai seseorang tidak bisa. AI mungkin bisa menulis seribu kata tentang orang tua, tapi AI tak bisa menggantikan bakti kita sebagai anak kepada orang tua. AI mungkin bisa mengerjakan seratus soal pilihan ganda, tapi AI tak bisa mengerti perasaan kita.

Maka dari itu, di tengah gempuran AI, hal yang tak henti untuk harus dikembangkan adalah perasaan. Perasaan untuk peduli, mengasihi, dan menebarkan cinta kasih. AI bukanlah sepenuhnya musuh kita; AI adalah teman kita untuk berproses. Hadirnya AI saat ini justru menjadi pengingat bagi manusia yang memiliki hati dan perasaan untuk selalu menebarkan kebajikan. Nilai sempurna pada ujian matematika bisa kita peroleh, dan AI pun sama, tapi kebajikan kita sehari-hari tak dapat ditiru AI hingga nanti. Rasa cinta kasih dan peduli tak akan bisa AI saingi. Mulai sekarang, buatlah diri kita jadi berharga, bukan hanya soal pintar matematika, tetapi juga peduli terhadap sesama. Jadikan AI sebagai teman berproses, bukan pekerja tugas ekspres.

Penulis: Marji