Museum Kalimantan Barat

Bulan Oktober merupakan bulan ke-10 dalam kalender Masehi dengan jumlah hari sebanyak 30. Bulan ini memiliki banyak hari besar nasional, seperti Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober), Hari Batik Nasional (2 Oktober), dan Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober). Selain itu, Oktober dikenal sebagai Bulan Bahasa, karena berkaitan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, di mana salah satu ikrar pentingnya adalah pengakuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Peringatan Bulan Bahasa bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan bahasa serta sastra Indonesia, sekaligus memperkuat peran masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan terkait bahasa dan sastra.

Sejak tahun 1980, sekolah-sekolah secara rutin mengadakan peringatan Bulan Bahasa pada bulan Oktober. Awalnya, acara ini bertujuan merayakan ikrar pemuda. Namun, seiring waktu, kegiatan ini berkembang menjadi ajang pengembangan berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah dan asing.

Pada 24 Oktober 2024, SDS Cinta Kasih Tzu Chi menyelenggarakan kegiatan Bulan Bahasa dengan tema “Bersatu Bersama Bahasa, Sastra, dan Budaya.” Acara ini melibatkan seluruh warga sekolah, termasuk siswa, guru, dan orang tua siswa. Beragam perlombaan diadakan, seperti dekorasi kelas bertema provinsi Indonesia, presentasi berbahasa Inggris, pembacaan puisi bertema budaya Indonesia, dan paduan suara lagu daerah.

Persiapan yang Matang dan Kolaborasi yang Solid

Sebulan sebelum acara, panitia mengumumkan kegiatan ini agar persiapan dapat dilakukan dengan baik. Para wali kelas mengajak orang tua siswa untuk bekerja sama demi hasil maksimal. Kolaborasi ini bertujuan mempererat hubungan antara guru, siswa, dan orang tua siswa. Diskusi dilakukan melalui WhatsApp, pertemuan virtual, hingga pertemuan langsung. Antusiasme orang tua terlihat dari usaha dan waktu yang mereka luangkan untuk persiapan acara.

Pada kegiatan ini, kelas 3B mendapat kesempatan mendalami budaya daerah Kalimantan Barat. Persiapan dimulai dari konsep dekorasi kelas, pemilihan lagu daerah untuk paduan suara, hingga latihan intensif. Untuk menghemat biaya, orang tua siswa kelas 3B merancang pakaian adat ekonomis berbahan plastik dan kertas minyak. Proses pembuatan pakaian ini cukup panjang, mulai dari pengukuran tubuh anak-anak, membuat pola, hingga menambahkan ornamen.

Dekorasi kelas 3B mengusung tema Museum Kalimantan Barat. Dekorasi ini menampilkan ikon-ikon khas daerah seperti:

  1. Tugu Digulis dari bambu kuning.
  2. Tugu Khatulistiwa dari kardus.
  3. Rumah Adat dari stik es krim dan kardus.
  4. Tas Khas Kalimantan Barat dari tutup botol.
  5. Alat Musik dan Senjata Tradisional dari kardus bekas.

Bahan-bahan daur ulang digunakan untuk membuat dekorasi agar lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Latihan intensif dilakukan setiap hari demi menampilkan yang terbaik.

Hari Perlombaan dan Hasil yang Membanggakan

Pada hari perlombaan, siswa kelas 3B tampil penuh semangat meskipun ada kendala kecil, seperti rasa gerah saat memakai pakaian adat berbahan plastik. Namun, antusiasme mereka tidak surut. Seluruh siswa, guru, dan orang tua berkontribusi maksimal untuk memastikan kelas 3B memberikan penampilan terbaik.

Kerja keras dan kolaborasi yang luar biasa membuahkan hasil manis. Kelas 3B berhasil meraih juara 1 di paralel kelas 3. Pengumuman kemenangan ini disambut dengan sorak bahagia dari siswa, guru, dan orang tua. Segala usaha dan pengorbanan selama sebulan terbayar dengan kebanggaan dan senyuman yang terpancar dari semua pihak.

Seperti kata Master Cheng Yen, “Melihat, mendengar, dan mengerjakan sesuatu dengan penuh kesungguhan hati akan memberikan manfaat selama hidup.” Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan tentang budaya, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama dalam kehidupan.

Penulis : Suwanti Yolanda Agustina, S.Pd.

Add a Comment

Your email address will not be published.