Konsep Perkalian Dengan Kelereng
Matematika merupakan mata pelajaran yang perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan karena diyakini memiliki peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Matematika adalah ilmu dasar yang harus dikuasai siswa agar dapat memahami berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika juga memiliki kaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Susanto (2013, hlm. 189) menyatakan bahwa “Matematika pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dalam arti mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari.” Selain itu, matematika juga merupakan ilmu yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Suwangsih dan Turlina (2010, hlm. 4) mengemukakan bahwa “Matematika adalah ilmu yang saling berkaitan bentuk, struktur, besaran, dan logika konsep.” Dengan kata lain, matematika muncul dari cara berpikir logis. Proses penalaran menghasilkan konsep-konsep yang berkaitan dengan logika, bentuk, struktur, dan besaran.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di sekolah dasar adalah perkalian bilangan cacah. Priatna dan Yuliardi (2018, hlm. 27) menjelaskan bahwa bilangan cacah mencakup semua bilangan asli dan bilangan 0, yaitu {0, 1, 2, 3, …}. Operasi hitung perkalian ditandai dengan simbol “x” dan dibaca “kali”. Sebagai contoh, 3 x 4 dapat dibaca “tiga kali empat” dan didefinisikan sebagai penjumlahan berulang, yakni 3 x 4 = 4 + 4 + 4. Dengan kata lain, untuk memahami materi perkalian, siswa perlu memahami konsep dasar terlebih dahulu. Hal ini penting karena konsep dasar menjadi prasyarat untuk memahami materi selanjutnya.
Pada pembelajaran matematika di kelas 3B Gan En SDS Cinta Kasih Tzu Chi, yang dilaksanakan pada Rabu, 14 Agustus 2024, konsep perkalian diajarkan melalui praktik menggunakan benda konkret. Dalam kegiatan ini, siswa belajar langsung tentang konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang. Sebanyak 32 siswa yang tergabung dalam kelas ini dibagi menjadi delapan kelompok untuk mempermudah diskusi. Alat dan bahan yang digunakan adalah gelas air mineral kosong dan kelereng, yang mudah ditemukan di sekitar.
Praktik dimulai dengan pembagian kartu soal berisi perkalian sederhana. Sebagai contoh, kartu soal 3 x 4 = … meminta siswa untuk mempersiapkan 3 gelas air mineral kosong, lalu memasukkan 4 biji kelereng ke dalam masing-masing gelas. Setelah itu, siswa menjumlahkan total kelereng di dalam 3 gelas tersebut. Pada soal lain, misalnya 6 x 7 = …, siswa mempersiapkan 6 gelas air mineral kosong, memasukkan 7 kelereng ke dalam setiap gelas, lalu menghitung total kelereng.
Melalui praktik ini, siswa dapat secara langsung memahami bahwa hasil perkalian dapat ditemukan dengan melakukan penjumlahan berulang. Siswa juga menyimpulkan bahwa perkalian bukanlah sesuatu yang sulit, melainkan sebuah metode penjumlahan yang sistematis. Dengan pembelajaran ini, siswa yang mengalami kesulitan menghafal perkalian dapat memahami konsepnya dengan cara yang lebih konkret.
Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan untuk membuat soal sendiri dan menyelesaikannya menggunakan alat peraga. Pendekatan ini membantu siswa mengingat konsep perkalian dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Dalam pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar, pendekatan konkret ke abstrak sangatlah penting. Penggunaan alat peraga konkret, seperti gelas dan kelereng, membantu mendukung pemahaman konsep sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dengan metode ini, siswa tidak hanya memahami konsep perkalian tetapi juga termotivasi untuk belajar matematika dengan lebih antusias. Semoga praktik serupa terus diterapkan untuk mendukung pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Penulis : Suwanti Yolanda Agustina, S.Pd.