Perayaan Kathina Sebagai Praktek Mengikis Kemelekatan
Perayaan Kathina 2568 BE / 2024 dihadiri oleh seluruh unit Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, mulai dari TK hingga SMA/K, serta beberapa anggota Sangha, di antaranya YM. Bhikkhu Suddhasilo, YM. Bhikkhu Jokkwi Saccananno, dan Bhikkhu Thitasilo.
Perayaan Kathina ini merupakan kegiatan kedua yang diadakan oleh Pengurus OSIS Rohani Agama Buddha Siswa-siswi SMA/K Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, yang mengajak seluruh unit Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, termasuk alumni, untuk bersama-sama melakukan kebajikan mulia sehingga dapat mempererat silaturahmi dan rasa kekeluargaan.
Perayaan Kathina Dana ini merupakan bentuk ladang subur kebajikan mulia yang dapat dipersembahkan kepada para bhikkhu, pelaksana Vinaya, setelah para anggota Sangha menjalankan masa vassa selama tiga bulan. Sangha melestarikan dhamma Sang Bhagava, di mana selama masa vassa mereka menempa batin mereka secara mendalam.
Bentuk perjuangan inilah yang dapat kita apresiasi dengan penuh rasa syukur dan hormat atas segala bimbingan dan dorongan nasehat anggota Sangha kepada kita semua, sehingga kita dapat terus termotivasi mengembangkan nilai moral, kebijaksanaan luhur, serta berbudaya humanis dalam memberikan persembahan empat kebutuhan pokok para bhikkhu (Catupaccaya), yakni berupa: (1) Jubah (Civara), (2) Makanan (Ahara), (3) Tempat tinggal (Senasana), dan (4) Obat-obatan (Bhesajja).
Pada saat berdana Kathina, umat Buddha melakukan pemberian dengan penuh keyakinan dan kebahagiaan sebelum, saat, dan setelah memberi dana. Pemberian dana yang dilakukan dengan ketiga hal itu akan memperoleh manfaat yang sangat besar, seperti paras yang cantik, suara merdu, kekuasaan, serta memiliki banyak pengikut (Nidhikanda Sutta, SN.1;8).
Berdana merupakan salah satu bentuk praktik pelepasan. Ada tiga sifat keburukan dalam setiap manusia, yaitu serakah (Lobha), kebencian (Dosa), dan kegelapan batin (Moha). Pelaksanaan praktik dana merupakan salah satu cara untuk mengikis kemelekatan dalam diri seseorang. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan praktik dana adalah barang atau sesuatu yang akan diberikan merupakan hasil dari perbuatan yang benar.
Manfaat berdana kepada Sangha adalah terpenuhinya empat kebutuhan pokok penyokong hidup. Pemenuhan kebutuhan pokok ini bertujuan agar para bhikkhu dapat menjalankan kehidupan suci dengan lancar demi terwujudnya pembebasan sejati. Sedangkan bagi perumah tangga, praktik dana merupakan latihan melepas ego/keakuan dalam diri, seperti halnya yang kita lakukan bersama-sama saat perayaan Kathina, mempersembahkan Catupaccaya kepada para bhikkhu.
Master Cheng Yen dalam kata perenungannya mengatakan, “Dengan melepas kemelekatan, suasana harmonis akan tetap terjaga.” Hal ini tentunya sesuai dengan apa yang sudah kita lakukan bersama-sama pada perayaan Kathina 2568 BE / 2024, Sabtu, 30 November 2024, di Gedung C Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng.
Memberikan dana atau menyokong keperluan para bhikkhu merupakan sebuah ladang kebajikan yang sangat mulia. Hal ini tidak hanya dapat menjalin keharmonisan antara umat dengan Bhikkhu Sangha, tetapi juga para bhikkhu dengan kesehatan yang mendukung akan dapat membawa penerangan bagi kita semua melalui dhammadesana yang dibabarkannya. Kebajikan yang saling menopang akan menghasilkan pengembangan batin, dan diikuti praktik meditasi secara kontinu akan memunculkan kebijaksanaan dan kebahagiaan damai sejati. Jika penerapan ini sudah terjadi, maka kehidupan masyarakat sudah tentu akan menimbulkan keharmonisan, keselarasan, dan saling toleransi antar umat beragama yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sungguh indah dan damai tercipta di dunia ini.
Semoga harapan ke depannya, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dapat menjadi sebuah wadah ladang subur, di mana siswa-siswi bebas berkarya dalam kebajikan melalui program kegiatan rohani yang diadakan. Penerapan kebajikan yang dilandasi dengan ketulusan, cinta kasih, dan berbagi kepada sesama, serta kepedulian di tengah masyarakat akan membentuk sebuah kebiasaan baru yang baik dan muncul kesadaran bahwa kebahagiaan dalam memberi itu tidak terbatas.
Penulis: Farida Hariyanto, S.Pd