Memupuk Gerakan Literasi Di Kelas Melalui Buku Favorit
Bahasa bagaikan jantung dalam komunikasi di kehidupan. Peran bahasa tak luput dalam perkembangan emosional, sosial, dan intelektual peserta didik. Bahasa mampu membentuk karakteristik seseorang, dan untuk memahami itu dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas pembelajaran. Dengan mempelajari Bahasa Indonesia, peserta didik melakukan serangkaian aktivitas untuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu (Riyanti, 2023:15). Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk berinteraksi sehari-hari.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia selalu dikaitkan dengan membaca, menyimak, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Selain itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia tak lepas dari kemampuan literasi. Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Nomor 008/KR/2022 adalah mengembangkan kemampuan literasi peserta didik (berbahasa, bersastra, bernalar kritis, dan kreatif) dalam belajar dan bekerja.
Cara yang telah dicoba dan dipraktikkan untuk mengajak peserta didik berliterasi adalah dengan meminta mereka membawa satu buku favorit mereka ke sekolah. Mereka diizinkan untuk membawa novel, komik, ataupun buku ensiklopedia. Penulis percaya dengan kalimat yang pernah disampaikan oleh Najwa Shihab, “Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta.” Semoga melalui satu buku favorit mereka, mereka menyukai kegiatan membaca.
Setelah materi dan penugasan selesai, penulis mengadakan kegiatan literasi untuk mengisi jam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kegiatan literasi tidak hanya sekadar membaca, tetapi juga berpikir kritis dalam mengolah isi bacaan. Subandiyah (2017:113) menyatakan bahwa literasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih dipusatkan pada kemampuan informasi. Kemampuan informasi yang dimaksud merujuk pada kegiatan tertentu, seperti mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan informasi. Ketiga aktivitas tersebut tidak dapat terpisahkan dari keterampilan membaca dan menulis.
Waktu 120 menit terbagi menjadi beberapa langkah: Pertama, peserta didik membaca buku selama 60 menit. Kedua, peserta didik menyiapkan buku tulis mereka untuk mulai merangkum bacaan yang telah mereka baca selama 60 menit. Ketiga, peserta didik diminta untuk meresensi buku dengan mengisi identitas buku: judul buku, penulis, penerbit, jumlah halaman, dan tahun terbit. Keempat, peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru berupa: Buku itu berisi tentang apa? Kelebihan buku? Kekurangan buku? Amanat atau pesan dalam buku? Kelima, jika peserta didik sudah selesai maka buku tulis dikumpulkan. Langkah kedua sampai kelima dikerjakan selama 60 menit. Pembagian waktu harus dilaksanakan agar sesuai dengan kata perenungan Master Cheng Yen, “Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.”
Kegiatan literasi dengan membaca buku favorit kali ini diharapkan membawa manfaat seperti:
- Memperkaya kosakata: Dengan membaca secara rutin, peserta didik akan terpapar pada kata-kata baru dan ungkapan yang menarik.
- Meningkatkan pemahaman: Membaca melatih peserta didik untuk mengikuti alur cerita, menganalisis karakter, dan memahami konteks sosial budaya yang digambarkan. Hal ini melatih kemampuan berpikir kritis dan analitis.
- Menumbuhkan imajinasi: Membaca karya fiksi mengajak peserta didik membayangkan dunia yang berbeda. Imajinasi yang aktif akan merangsang kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah.
- Analisis kritis: Novel sering kali menyajikan berbagai isu sosial, budaya, dan politik. Dengan menganalisis novel, kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menganalisis informasi secara objektif.
Semoga kegiatan ini dapat berlangsung di tengah-tengah atau sebelum pembelajaran berlangsung, tidak hanya ketika seluruh materi pembelajaran selesai. Sudahkah Anda memilih mengadakan kegiatan literasi di kelas Anda? Jangan ragu untuk memulai petualangan literasi Anda sekarang juga. Ajak peserta didik Anda untuk giat berliterasi untuk melatih berpikir kritis. Bersama-sama, kita dapat membangun budaya literasi yang lebih baik di sekolah.
Penulis: Theresia Niken