Menjawab Evaluasi Kurikulum Merdeka Kemendikbud: Tantangan Guru dan Solusi bagi Pemerintah

Pendahuluan

Tulisan ini dibuat untuk menanggapi hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) terkait penerapan Kurikulum Merdeka. Hasilnya menunjukkan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam implementasi kurikulum ini berasal dari guru. Paradigma mengajar yang lama masih menjadi kebiasaan sebagian guru, menyulitkan perubahan ke cara yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa. Tak hanya tentang cara berpikir, banyak guru juga masih belajar memahami nilai-nilai dari Kurikulum Merdeka agar dapat merancang modul yang sesuai. Efektivitas kurikulum tak bisa dilepaskan dari kondisi guru itu sendiri; jika kesejahteraan mereka belum terpenuhi, maka semangat perubahan akan sulit tumbuh. Dengan mempertimbangkan berbagai hambatan di lapangan, tulisan ini bertujuan mengurai kendala guru, memberikan solusi, serta merumuskan langkah-langkah agar cita-cita Kurikulum Merdeka tak hanya menjadi wacana.

Kendala yang Dihadapi Guru dalam Kurikulum Merdeka

Mengutip dari hasil evaluasi dari Kemendikbud, salah satu tantangan terbesar bagi guru adalah perubahan pola pikir dalam implementasi pembelajaran. Sebelum Kurikulum Merdeka diterapkan, sistem pendidikan nasional mewajibkan guru mengikuti standar pengajaran yang telah ditetapkan. Sekarang, lewat Kurikulum Merdeka, guru punya ruang lebih luas untuk merancang sendiri cara mengajar yang paling cocok bagi murid-muridnya. Namun, yang terjadi adalah penyediaan capaian pembelajaran saja belum cukup; guru masih kesulitan menerjemahkannya menjadi modul yang efektif dan sesuai dengan karakter siswa. Tak sedikit guru yang masih berpegang pada anggapan bahwa kurikulum harus hadir dalam bentuk kerangka ajar yang sama, sehingga perubahan menuju sistem pembelajaran yang lebih dinamis menjadi tantangan tersendiri.

Masalah lain yang sering muncul adalah keterbatasan alat dan fasilitas belajar yang belum mendukung penerapan Kurikulum Merdeka secara maksimal. Agar Kurikulum Merdeka dapat diterapkan secara optimal, sekolah membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Sayangnya, tak sedikit sekolah, terutama yang berada di pelosok, masih berjibaku dengan keterbatasan fasilitas dasar untuk mendukung pembelajaran. Tanpa alat pendukung yang memadai, pembelajaran berbasis proyek atau Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sulit untuk diimplementasikan secara maksimal.

Permasalahan klasik sejak dulu adalah kesejahteraan guru yang belum memadai. Faktor kesejahteraan juga menjadi perhatian utama. Tak sedikit guru yang harus merangkap profesi, mulai dari mengemudi ojek online hingga berdagang kecil-kecilan, demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini membuat mereka tidak bisa sepenuhnya fokus pada pendidikan. Menurut Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, individu hanya dapat mencapai puncak potensi dirinya, termasuk kreativitas dan produktivitas, setelah kebutuhan dasar seperti makan, tempat tinggal, dan rasa aman terpenuhi. Dengan kesejahteraan yang belum cukup, motivasi dan efektivitas guru dalam mengajar juga akan menurun.

Solusi yang Bisa Diberikan

Agar guru lebih memahami konsep Kurikulum Merdeka, pelatihan rutin perlu diperbanyak. Pelatihan ini harus bersifat berkelanjutan dan berbasis diskusi, sehingga guru dapat mengatasi kendala yang mereka hadapi di kelas dengan lebih baik. Selain itu, Kemendikbud perlu memastikan bahwa semua sekolah memiliki fasilitas pendukung yang cukup. Pengadaan alat bantu belajar yang relevan dengan dunia nyata dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Yang terpenting adalah peningkatan kesejahteraan guru agar mereka dapat lebih fokus mengajar. Pemerintah dapat memberikan berbagai insentif seperti subsidi perumahan, sekolah gratis bagi anak guru, dan bantuan sembako murah. Dengan kesejahteraan yang lebih baik, guru dapat mencurahkan perhatian penuh pada pendidikan.

Saran dan Kesimpulan

Evaluasi menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka masih menghadapi tantangan besar, terutama dari sisi guru. Perubahan paradigma, kurangnya pelatihan, minimnya sarana prasarana, serta kesejahteraan guru yang belum memadai menjadi kendala utama. Agar tujuan utama Kurikulum Merdeka tercapai, yakni membentuk karakter dan daya saing siswa yang tinggi serta meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada guru. Dengan penyederhanaan administrasi, pelatihan yang lebih rutin , serta peningkatan kesejahteraan, diharapkan para guru dapat lebih mudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif dan optimal.

Penulis: Prima Wirawan