Ular Tangga Matematika
Matematika merupakan salah satu momok bagi peserta didik, baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA dan SMK. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa peran matematika dalam berbagai disiplin ilmu sangatlah penting. Oleh karenanya, penting bagi peserta didik untuk dapat menguasai pembelajaran matematika itu sendiri. Guru tentunya perlu memilih pendekatan metode pembelajaran yang dapat menarik minat dan mengasah bakat peserta didik dalam hal matematika. Pada era saat ini, peserta didik sangat gemar bermain game, sehingga guru dapat memilih metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) sebagai pendekatan pembelajaran matematika yang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar matematika. TGT merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada kerja sama kelompok dalam memenangkan permainan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Permainan yang dilakukan bisa berupa permainan apa saja yang melibatkan kelompok dan materi yang sedang dipelajari.
Pada tingkat 8 SMP, materi Relasi dan Fungsi, guru menggunakan metode TGT untuk pendekatan pembelajaran matematika yang menyenangkan. Permainan yang dipilih adalah permainan ular tangga matematika yang dimainkan oleh tiap kelompok.
Pada awal pertemuan sebelumnya, guru sudah menjelaskan materi terkait jenis relasi, cara penyajian relasi, perbedaan relasi dengan fungsi, dan nilai fungsi. Guru juga sudah memberitahukan agenda kegiatan pada pertemuan berikutnya, yaitu memainkan permainan ular tangga matematika secara berkelompok. Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok menggunakan spin wheel. Namun, sebelum mengundi anggota kelompok, guru lebih dulu memilih ketua tiap kelompok, di mana ketua tersebut dinilai memiliki pemahaman yang lebih mendalam terkait matematika dibandingkan dengan peserta didik lain.
Pada hari permainan ular tangga matematika akan dilakukan, guru lebih dulu menyiapkan peserta didik dengan mengarahkan mereka untuk duduk di kursi tiap kelompoknya, yang lebih dulu telah disetting oleh peserta didik dengan arahan dari guru. Setelah tiap kelompok siap, guru mereview materi yang telah dipelajari dan menjelaskan aturan permainan ular tangga matematika, di mana aturan permainannya yang pertama adalah tiap kelompok, dimulai dari kelompok 1 sampai kelompok 6, akan diberikan giliran satu kali untuk menjawab persoalan matematika yang disajikan oleh guru selama kurun waktu 3 menit. Kelompok yang berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru berhak untuk memutar spin wheel yang berisikan angka 1-6 untuk mengetahui bidak kelompok tersebut dapat bergerak berapa langkah. Namun, jika kelompok tidak dapat menjawab soal dalam kurun waktu yang diberikan, maka guru akan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menjawab dengan mengundi melalui spin wheel, kelompok mana yang akan mendapat kesempatan menjawab. Dengan diterapkannya aturan ini, semua kelompok akan fokus mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Jika kelompok yang bergiliran menjawab soal salah, maka akan ada hukuman, di mana bidak kelompok tersebut harus mundur dua langkah. Sisa peraturan sama seperti peraturan ular tangga pada umumnya, yaitu jika bidak berada di tangga, bidak bisa naik, dan jika bidak berada di ular, maka bidak harus turun. Kelompok yang bidaknya berhasil masuk ke kotak finish adalah kelompok pemenangnya.
Permainan dimulai dengan tiap kelompok membuat bidak sesuai dengan kreativitas masing-masing. Guru mengarahkan untuk menempel solasi di bagian belakang bidak agar dapat ditempelkan di layar proyektor yang menampilkan papan ular tangga. Guru juga mengarahkan tiap kelompok untuk menulis nama kelompoknya di depan bidak. Setelah itu, perwakilan kelompok dapat menempelkan bidaknya di kotak start. Permainan pun dimulai dengan giliran pertama yang bermain adalah kelompok satu dengan waktu pengerjaan 3 menit.
Selama permainan berlangsung, peserta didik sangat menyimak dan menikmati permainan. Setiap peserta didik aktif dalam kelompoknya dan memberikan kontribusi untuk permainan. Hal ini tentunya menjadi poin positif dalam pembelajaran, di mana kerja sama antar peserta didik dilatih di sini, serta permainan ular tangga matematika ini menjadi opsi lain pengerjaan soal yang tidak melulu di kertas, melainkan juga bisa dilakukan dalam permainan menyenangkan dan menambah pengetahuan. Keseruan juga dirasakan oleh peserta didik ketika kelompok lawan mendapatkan ular dan bidak harus turun, maupun ketika kelompoknya mendapat tangga sehingga bidak naik. Persaingan yang sehat juga tercermin ketika kelompok lain tidak dapat menjawab soal dan dengan gembiranya kelompok lain ingin merebut poin. Sportivitas dalam menerima kekalahan dan memberikan ucapan selamat pada pemenang juga dilatih dalam permainan ini.
Akhir permainan, guru memberikan hadiah berupa makanan yang dapat dimakan oleh tiap anggota kelompok pemenang, dan juga guru memberikan tambahan nilai sebesar 6 poin kepada kelompok yang mendapatkan gelar juara pertama. Tidak hanya itu, guru juga mengapresiasi tiap peserta didik yang terlibat dalam permainan dengan memberikan tambahan nilai 5 poin bagi juara kedua, 4 poin untuk juara ketiga, 3 poin untuk juara keempat, 2 poin untuk juara kelima, dan 1 poin untuk juara keenam. Permainan berakhir dengan gembira dan memberikan kesan bermakna dalam pembelajaran. Ketika guru memberikan kuisioner tentang pembelajaran matematika melalui metode permainan ular tangga matematika ini, banyak peserta didik memberikan ulasan positif terkait pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan berhasil menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan, serta meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi matematika. Dengan demikian, permainan ular tangga matematika tidak hanya menjadi alat untuk belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun keterampilan sosial dan kerja sama di antara peserta didik.
Penulis: Yeci Mey Linda, S.Pd.